Setiap
kali Airin putriku pulang mengajak teman temannya, aku selalu menelan
liur melihat kecantikan dan kenekadan mereka dalam berpakaian maupun
bersikap, mereka begitu bebas dan tak sungkan sungkan, padahal usia
mereka rata rata barulah 20 tahun, tetapi gayanya sudah seperti orang
yang dewasa. Bagiku hal ini tak menyusahkan malahan menggembirakan
karena dapat membuat mataku yang seperti keranjang ini terpuaskan oleh
pertunjukan yang dihidangkan oleh anak anak muda ini. Yang penting
mereka tak memakai obat bius, bagiku segalanya OK. Airin sendiri sudah
sering aku tanyai tentang cara dia bersikap tetapi selalu dia jawab
bahwa dia dan teman temannya punya prinsip dan ini tak boleh dicampuri
orang lain.
Aku
dan isteriku hanya tertawa setiap kali mendengar kata katanya ini,
karena kami selalu teringat ketika ia masih bayi yang begitu lucu dan
montok. Sekarang dia sudah dewasa wajahnya cantik sekali dan badannya
montok seperti mamanya, aku yakin kalau salah satu cowok yang sering
datang itu pasti pacarnya, tetapi aku tak berani menduga apakah anakku
sudah pernah berhubungan seks, padahal kalau meramal orang lain aku
pandai sekali. Salah seorang teman anakku yang sering datang dan main
kerumah adalah seorang aktris sinetron yang terkenal, Diah sering
membintangi sinetron yang berthemakan hantu. Aku tertarik dengan anak
ini karena meskipun umurnya sepantaran dengan anakku, tetapi badannya
aduhai sekali disamping wajahnya cantik sekali dengan rambut terurai
panjang. Setiap kali dia main kerumah aku selalu memperhatikannya
apalagi jika dia berenang, dengan pakaian renangnya yang sangat minim
itu aku selalu dapat melihat kemontokan susunya disamping juga dari
samping celana renangnya selalu kelihatan bulu jembutnya yang hitam itu.
Tetapi seperti juga teman anakku yang lain, mereka cuek saja meskipun
aku ada didekat mereka. Akulah yang kebingungan untuk menyembunyikan
kontolku yang ngaceng melihat tubuh mereka yang merangsang itu, setiap
kali aku selalu memakai handuk ditepi kolam renang. Diah sangat manja
kepadaku seringkali dia kurangkul seolah olah dia anakku tetapi
sebenarnya aku ingin sekedar merasakan kekenyalan susunya serta
kelembutan pantatnya yang montok itu.
Aku sudah berangan angan
untuk menikmati nonok Diah , sayangnya kesempatan itu selalu tak pernah
ada, padahal makin hari aku makin tak tahan memandang Diah yang bagiku
terasa makin seksi dan berani didepanku itu. Pernah dia suatu hari
secara terang terangan membuka baju renangnya didepanku sementara Airin
menggosokkan krim penahan panas dipunggungnya. Semua ini sangat
merangsangku untuk sekali kali mencicipinya, jikalau selama ini aku
berprinsip tak akan mencicipi perawan, tetapi untuk Diah aku kecualikan,
karena ku benar benar tak tahan lagi. Kesempatan itu akhirnya tiba
secara tak diduga duga, yaitu ketika kami sekeluarga berlibur di Puncak.
Siang itu aku bermaksud turun ke Jakarta karena tadi aku mendapat
telepon dari Lily sekretarisku bahwa ada seorang ibu yang ingin berjumpa
denganku untuk menyelesaikan persoalannya. Saat aku memutar Mercedesku,
kudengar teriakan Airin yang memanggilku, aku berhenti dan menunggu
Airin serta Diah yang berlari lari kearahku. Ternyata Diah juga harus
pulang ke Jakarta karena sore nanti dia ada shooting sedangkan Airin tak
bisa turun karena ada janji dengan temannya untuk bertemu di villa. Aku
langsung OK dan kamipun segera meluncur ke Jakarta berdua saja.
Diah benar benar santai, dia hanya memakai short , kaus serta jacket.
Tak henti hentinya mulutnya bercerita kesana kemari yang selalu kujawab
apa adanya. Ketika Diah membuka jacketnya, dan melemparnya kejok
belakang, aku menoleh kearahnya untuk melihat pakaian yang dikenakannya.
Ternyata Diah memakai kaus tanpa lengan serta tak memakai beha, karena
kulihat susunya yang besar itu menggelayut dari balik kausnya itu dan
yang paling membuat aku mata gelap adalah ketika ia menyilangkan kedua
lengannya kebalik kepalanya sehingga ketiaknya yang dihiasi bulu bulu
halus itu tampak jelas dihadapanku. Tanpa sungkan aku berkata pada Diah "
Diah, kamu kok tak pakai beha ? Diah tertawa sambil berkata " Kan pakai
jacket Oom, kalau dimobil sih biar saja, kan cuman Oom yang ngliat,
lagian enak Oom nggak risih !" Aku juga tertawa sambil berkata "Oom juga
nggak pakai celana dalam, karena rasanya risih kalau pakai ! Diah
tertawa ngakak, "masak sih Oom, apa Oom nggak kuatir kalau terjepit
ritsliting ?" Aku jawab " ya mesti hati hati dong ! Saat itu ketika Diah
melihat kearah pahaku dia tertawa geli sambil berkata " Idih burungnya
Oom berdiri tuh, kok celananya jadi mencuat begitu !"
Aku
tertawa sambil berkata, Oom jadi terangsang ngliat susumu yang montok
itu, jadinya ya berdiri ! Sambil berkata tanganku mengusap susunya
dengan tangan kiriku. Diah tertawa geli sambil berkata " kalau Oom
senggol senggol nanti malahan jadi nggak karuan lho Oom ! Aku tersenyum
sambil berkata lagi, "Coba kamu pegang punya Oom, pasti kamu belum
pernah rasakan seperti yang satu ini !" Dengan terkikik Diah langsung
memegang batang kontolku dari luar celanaku, dia langsung berteriak
"Idih gede banget Oom ! Ketika kubuka celana panjangku, Diah lagi lagi
terpekik melihat kontolku yang seperti anak kucing itu.
Entah
karena sudah akrab dengan aku atau bagaimana, yang jelas dia dengan
spontan memegang kontolku dan meremasnya. Akupun dengan berani merogoh
susunya dari balik kausnya, ternyata susu Diah sangat kenyal. Ketika
kusingkap kausnya keatas sehingga susunya terjuntai keluar, aku menelan
ludah susunya benar indah. Pentilnya merah muda dan buah dadanya sungguh
montok dan bundar sangat bagus sekali. Ketika kutawarkan pada Diah
untuk berhenti disatu motel yang tampak didepan, Diah mengangguk sambil
tersenyum katanya "Oom jangan bilang Airin ya, Diah malu . Aku hanya
mengangguk dan segera kubelokkan mobilku memasuki motel. Begitu pintu
garasi motel ditutup, tanpa turun dari mobil aku langsung menciumi wajah
Diah yang ayu itu dan mencari bibirnya. Diah sendiri balas merangkul
aku dan mandah saja ketika kuhisap bibirnya dalam dalam. Kubuka kausnya
dan kuajak dia turun dari mobil. Kami berdua keluar dari mobil dalam
keadaan yang lucu, karena aku berjalan dengan celana terbuka sehingga
kontolku terjulur keluar sedangkan Diah berjalan tanpa baju alias
telanjang dada. Begitu sampai dikamar, aku tak sabar lagi mencopot short
yang dipakai Diah, serta juga celana dalamnya, tubuh Diah benar benar
bagus, tak salah dia menjadi bintang sinetron. Badannya sangat mulus dan
bersih seolah tanpa setitik nodapun menempel dikulitnya yang putih itu,
hanya dipangkal pahanya tumbuh semak hitam yang tipis menutupi bukit
nonoknya yang cembung itu.
Aku mencium bibirnya serta mengulum
bibir yang berlipstick merah itu, Diah balas memelukku sambil menggigit
bibirku pelan pelan, bibirku turun terus menciumi seluruh lekuk tubuh
Diah mulai dari lehernya yang jenjang terus kebawah kepuncak bukit
susunya , mengulum pentil susunya yang sudah mengerra seperti kerikil
itu. Diah merintih rintih merasakan rasa geli dan nikmat yang kubuat
itu. Setiap kali aku mengulum pentilnya, Diah menekan kepalaku kedadanya
sehingga wajahku terbenam dikelembutan susu Diah, aku terus menjelajahi
tubuh Diah, kujilati pelan pelan bagian bawah susunya sampai kepusarnya
yang bundar itu, persis seperti anak kucing yang mandi kering. Diah
mendesis desis, kali ini aku benar dituntut kesabarannya untuk
menghadapi anak seusia Diah ini, meskipun Diah sudah banyak bergaul
dengan temannya yang mungkin juga jagoan merayu, tetapi aku tidak boleh
kalah, justru aku harus menunjukkan bahwa aku lebih telaten dari anak
muda yang biasanya main serbu dan lari itu. Ketika jilatanku sampai
kebukit nonoknya yang berjembut tipis, akupun mulai menjilati jembutnya
dengan lidahku sehingga jembut Diah menjadi basah kuyup, pelan pelan
jilatanku mulai menyusuri lereng bukit cembung itu menuju lipatan paha
Diah yang
menuju liang surga. Kulihat liang nonok Diah masih
tertutup rapat, hanya tampak itilnya yang menonjol keluar seperti kacang
serta lendir yang membasahi celah surga itu. Ketika lidahku menyentuh
itil Diah, Diah terlonjak kegelian, kutahan kakinya dan pelan pelan
kukuakkan pahanya sehingga kepalaku tepat berada diantara pangkal
pahanya. Lidahku kujulurkan menyelusupi liang nonok Diah sambil sekali
kali kujilat itilnya yang makin membengkak itu. Kucium bau harum yang
khas keluar dari nonok Diah, bau yang selalu kucium bila menghadapi
perempuan yang sedang bernafsu, kubersihkan semua lendir yang keluar
dari nonok Diah dengan menjilatinya.
Saat itulah Diah mengejang
sambil merintih serak, tangannya mencengkeram sprei tempat tidurnya dan
kakinya menjepit kepalaku yang ada diselangkangannya itu. Rupanya Diah
sudah mencapai kepuasannya meskipun hanya dengan aku jilati saja.
Kubiarkan Diah merasakan semuanya itu, sementara aku tak berhenti
menjilati itilnya yang menjadi pusat rasa geli itu. Begitu kurasakan
Diah melepaskan jepitan pahanya dikepalaku, aku menghentikan jilatanku
dan menindih tubuhnya sambil memeluknya. Diah membalas pelukanku sambil
menciumi bibirku, kontolku yang sudah ngaceng berat itu mulai kuarahkan
keliang nonoknya yang sudah licin dengan lendir itu, mudah sekali untuk
menyelipkan kontolku diantara liang nonok Diah, saat itulah Diah tiba
tiba berkata "Oom pelan pelan ya, Diah belum pernah berbuat seperti ini
lho !" Aku benar benar kaget mendengar pengakuan Diah ini, berarti Diah
masih perawan. Memang aku sering menduga kalau kelihatannya Diah masih
perawan, karena seringkali ketika kupeluk dan kuremas terasa kekenyalan
seorang perawan, tetapi setelah apa yang kulakukan padanya dan begitu
pasrahnya dia padaku, kukira ia sudah pernah melakukannya sehingga tak
canggung lagi. Ternyata dugaanku itu salah semua, Diah masih
perawan......
Dengan lembut aku mencium bibirnya dan berbisik
"jangan kuatir, Oom akan pelan pelan kok!" Diah memejamkan matanya
ketika aku mulai mendorong kontolku memasuki liangnya yang masih asli
itu. Sebenarnya jika sudah licin seperti ini, dengan mudah kontolku akan
menembus nonok Diah, tetapi karena masih terhalang dengan selaput
perawannya, maka aku harus ekstra hati hati agar Diah tak merasa
kesakitan. Sambil meremas buah dadanya, kontolku terus kudorong pelahan
pelahan memasuki liang Diah, memang meskipun licin, terasa dinding liang
Diah menggigit kontolku. Tetapi setiap kali aku mendorong masuk selalu
Diah mendorong badanku sambil merintih, aku terus mendorong sambil
berkata, "tahan sedikit Diah, sebentar juga hilang, nanti yang terasa
cuman enaknya saja " Diah seakan akan tak mendengar bisikanku itu,
bahkan ketika kontolku menyentuh selaput gadisnya, dia langsung
menjengit sambil berteriak lirih. Aku menahan gerakanku sementara
tanganku makin aktif meremas susunya serta menciumi wajahnya yang awut
awutan itu. Begitu kurasakan Diah agak terlena oleh rasa nikmat yang
kutimbulkan, aku langsung menekan kontolku lebih keras
dan....breet...sleeeppp....blus.. kontolku berhasil menembus selaput
keperawanan Diah. Diah memekik, kubekap mulutnya dengan tanganku, karena
aku kuatir kalau didengar kamar sebelahku. Setelah kulihat Diah sudah
mulai tenang, kulepaskan bekapan tanganku dan kuciumi bibirnya, Diah
memelukku erat erat, katanya "aduh.. sakit Oom, jangan keras keras ya
Oom.... !" Aku tak menyahut, justru pelan pelan aku mulai menggerakkan
batang kontolku menyusuri liang sempit Diah yang baru saja kuperawani
ini. Diah berkali kali menggigit bibir menahan perih yang dirasakannya,
tetapi lama kelamaan Diah kembali mulai memeluk aku sambil mendesis
desis kegelian.
Kuremas buah dadanya yang kenyal itu dan
kucucup pentilnya yang masih membatu itu. Gerakanku yang tadinya lambat
mulai kupercepat makin cepat sampai tiba tiba aku mengejang karena air
maniku ambrol memenuhi liang nonok Diah. Diah juga ikut ikutan
mengejang, karena dia juga mencapai puncak kenikmatan yang kedua
kalinya, Aku berbaring lemas diatas tubuh Diah, kurasakan semua
kenikmatan yang kudapat dari liang nonok Diah yang hebat itu. Diah
sendiri terus memeluk aku sambil memejamkan matanya, bahkan ketika aku
ingin mencopot kontolku dari liangnya, Diah melarangnya. Aku menurut
saja, kami berbaring berpelukkan sementara kontolku masih terbenam
diliang nonok Diah sampai tertidur. Sekitar satu jam kami berpelukan
seperti itu, ketika aku terbangun Diah juga membuka matanya, ia
tersenyum memandangku, dipeluknya aku sambil berbisik "Oom jangan
tinggalkan Diah ya, Diah sayang sama Oom !" Aku diam saja tetapi aku
membalasnya dengan mencium bibirnya yang merekah itu. Ketika akhirnya
aku berhasil mencabut kontolku dari liang nonok Diah, langsung saja air
mani yang memenuhi liang nonok Diah membanjir keluar membasahi sprei
bercampur dengan darah perawan Diah. Kuajak Diah kekamar mandi untuk
membersihkan diri, Diah menurut saja, dengan tertatih tatih ia kutuntun
kekamar mandi.
Kami sama sama masuk kedalam bak mandi dan
berendam dalam air hangat. Air yang hangat, Diah yang cantik dan
telanjang bulat membuat kontolku jadi ngaceng lagi. Kutarik tangan Diah
dan kuarahkan kekontolku agar dipegang, ketika Diah merasakan kontolku
yang sudah ngaceng lagi itu, dia tertawa geli dan meremas remasnya.
Kutarik Diah agar duduk diatas pangkuanku dan kuarahkan kontolku keliang
nonoknya. Begitu kurasakan nonoknya sudah menjepit kontolku, kutekan
tubuhnya sehingga kontolku masuk kedalam liang itu sekali lagi. Diah
kadang kadang menjengit menahan rasa perih yang mungkin masih timbul,
tetapi begitu kontolku habis terbenam dalam liangnya dan kusuruh dia
untuk menaik turunkan pantatnya, ternyata Diah dengan lancar dapat
melakukannya, dengan memelukku sambil menempelkan buah dadanya kedadaku
Diah bergerak naik turun merasakan nikmatnya kontolku. Entah karena
nafsuku yang menggebu atau memang nonok Diah yang luar biasa, kali ini
aku cepat mencapai klimaks, Diah hanya tertawa ketika dirasakannya
kontolku lemas dan melejit keluar dari nonoknya itu. Kami berpakaian
kembali dan meninggalkan motel meneruskan perjalanan menuju Jakarta.
Dalam perjalanan Diah tak lagi banyak cerita, dia hanya menyandarkan
badannya kebadanku sambil memejamkan matanya. Kupeluk dia sambil tetap
menyetir, saat itulah hand phone ku berbunyi, rupanya Airin putriku yang
menilpon, dia ingin berbicara dengan Diah katanya. Ketika kuserahkan
tilpon pada Diah, kuperhatikan Diah berkali kali tertawa sambil
berceloteh.
Ketika tilpon sudah ditutup, kutanyakan apa yang
dikatakan Airin, Diah menjawab kalau Airin curiga karena suara Diah yang
serak tidak seperti biasanya itu, dia menduga ada sesuatu yang terjadi.
Aku hanya tertawa saja, begitu juga dengan Diah. .......... Sebelum
berpisah aku ajak dulu Diah makan siang sekaligus kuberikan cek tunai
senilai 30 juta agar supaya bisa dipakainya belanja. Aku benar benar
suka dengan Diah, karenanya aku tak sayang membuang uang sebanyak itu.
Diah berterimakasih menerima cek itu, dia bilang setiap saat aku butuh,
dia akan mengatur jadwalnya agar bisa bersamaku lagi. Aku hanya
tersenyum, dan kupesankan agar kalau dia main sama pacarnya jangan lupa
cerita padaku, karena aku senang mendengar cerita semacam itu. Diah
hanya mengangguk, sambil menyeringai. Aku yakin bahwa setelah
kuperawani, Diah pasti akan selalu kepengen menikmati persetubuhan dan
pasti dia akan mulai mau diajak main oleh pria pria yang selama ini
menguber uber dia. Aku merasa beruntung karena cewek secakep Diah
ternyata aku yang berhasil memerawaninya.
Jangan Lupa Di Like Ya Gan
clik dulu