Ngentot Dengan Pacarku dan Mamanya yang HOT

 Didalam cerita pengalaman saya yang pertama yang saya beri judul "Masa kecil saya di Palembang", saya menceritakan bagaimana saya diperkenalkan kepada kenikmatan senggama pada waktu saya masih berumur 13 tahun oleh Ayu, seorang wanita tetangga kami yang telah berumur jauh lebih tua. Saya dibesarkan didalam keluarga yang sangat taat dalam agama. Saya sebelumnya belum pernah terekspos terhadap hubungan laki-laki dan perempuan. Pengetahuan saya mengenai hal-hal persetubuhan hanyalah sebatas apa yang saya baca didalam cerita-cerita porno ketikan yang beredar di sekolah ketika saya duduk di bangku SMP.

Pada masa itu belum banyak kesempatan bagi anak lelaki seperti saya walaupun melihat tubuh wanita bugil sekalipun. Anak-anak lelaki masa ini mungkin susah membayangkan bahwa anak seperti saya cukup melihat gambar-gambar di buku mode-blad punya kakak saya seperti Lana Lobell, dimana terdapat gambar-gambar bintang film seperti Ginger Roberts, Jayne Mansfield, yang memperagakan pakaian dalam, ini saja sudah cukup membuat kita terangsang dan melakukan masturbasi beberapa kali.

Bisalah dibayangkan bagaimana menggebu-gebunya gairah dan nafsu saya ketika diberi kesempatan untuk secara nyata bukan saja hanya bisa melihat tubuh bugil wanita seperti Ayu, tetapi bisa mengalami kenikmatan bersanggama dengan wanita sungguhan, tanpa memperdulikan apakah wanita itu jauh lebih tua. Dengan hanya memandang tubuh Ayu yang begitu mulus dan putih saja sucah cukup sebetulnya untuk menjadi bahan imajinasi saya untuk bermasturbasi, apalagi dengan secara nyata-nyata bisa merasakan hangatnya dan mulusnya tubuhnya. Apalagi betul-betul melihat kemaluannya yang mulus tanpa jembut. Bisa mencium dan mengendus bau kemaluannya yang begitu menggairahkan yang kadang-kadang masih berbau sedikit amis kencing perempuan dan yang paling hebat lagi buat saya adalah bisanya saya menjilat dan mengemut kemaluannya dan kelentitnya yang seharusnyalah masih merupakan buah larangan yang penuh rahasia buat saya.

Mungkin pengalaman dini inilah yang membuat saya menjadi sangat menikmati apa yang disebut cunnilingus, atau mempermainkan kemaluan wanita dengan mulut. Sampai sekarangpun saya sangat menikmati mempermainkan kemaluan wanita, mulai dari memandang, lalu mencium aroma khasnya, lalu mempermainkan dan menggigit bibir luarnya (labia majora), lalu melumati bagian dalamnya dengan lidah saya, lalu mengemut clitorisnya sampai si wanita minta-minta ampun kewalahan. Yang terakhir barulah saya memasukkan batang kemaluan saya kedalam liang sanggamanya yang sudah banjir.

Setelah kesempatan saya dan Ayu untuk bermain cinta (saya tidak tahu apakah itu bisa disebut bermain cinta) yang pertama kali itu, maka kami menjadi semakin berani dan Ayu dengan bebasnya akan datang kerumah saya hampir setiap hari, paling sedikit 3 kali seminggu. Apabila dia datang, dia akan langsung masuk kedalam kamar tidur saya, dan tidak lama kemudian sayapun segera menyusul.

Biasanya dia selalu mengenakan daster yang longgar yang bisa ditanggalkan dengan sangat gampang, hanya tarik saja keatas melalui kepalanya, dan biasanya dia duduk dipinggiran tempat tidur saya. Saya biasanya langsung menerkam payudaranya yang sudah agak kendor tetapi sangat bersih dan mulus. Pentilnya dilingkari bundaran yang kemerah-merahan dan pentilnya sendiri agak besar menurut penilaian saya. Ayu sangat suka apabila saya mengemut pentil susunya yang menjadi tegang dan memerah, dan bisa dipastikan bahwa kemaluannya segera menjadi becek apabila saya sudah mulai ngenyot-ngenyot pentilnya.

Mungkin saking tegangnya saya didalam melakukan sesuatu yang terlarang, pada permulaannya kami mulai bersanggama, saya sangat cepat sekali mencapai klimaks. Untunglah Ayu selalu menyuruh saya untuk menjilat-jilat dan menyedot-nyedot kemaluannya lebih dulu sehingga biasanya dia sudah orgasme duluan sampai dua atau tiga kali sebelum saya memasukkan penis saya kedalam liang peranakannya, dan setelah saya pompa hanya beberapa kali saja maka saya seringkali langsung menyemprotkan mani saya kedalam vaginanya. Barulah untuk ronde kedua saya bisa menahan lebih lama untuk tidak ejakulasi dan Ayu bisa menyusul dengan orgasmenya sehingga saya bisa merasakan empot-empotan vaginanya yang seakan-akan menyedot penis saya lebih dalam kedalam sorga dunia.

Ayu juga sangat doyan mengemut-ngemut penis saya yang masih belum bertumbuh secara maksimum. Saya tidak disunat dan Ayu sangat sering menggoda saya dengan menertawakan "kulup" saya, dan setelah beberapa minggu Ayu kemudian berhasil menarik seluruh kulit kulup saya sehingga topi baja saya bisa muncul seluruhnya. Saya masih ingat bagaimana dia berusaha menarik-narik atau mengupas kulup saya sampai terasa sakit, lalu dia akan mengobatinya dengan mengemutnya dengan lembut sampai sakitnya hilang. Setelah itu dia seperti memperolah permainan baru dengan mempermainkan lidahnya disekeliling leher penis saya sampai saya merasa begitu kegelian dan kadang-kadang sampai saya tidak kuat menahannya dan mani saya tumpah dan muncrat ke hidung dan matanya.

Kadang-kadang Ayu juga minta "main" walaupun dia sedang mens. Walaupun dia berusaha mencuci vaginanya lebih dulu, saya tidak pernah mau mencium vaginanya karena saya perhatikan bau-nya tidak menyenangkan. Paling-paling saya hanya memasukkan penis saja kedalam vaginanya yang terasa banjir dan becek karena darah mensnya. Terus terang, saya tidak begitu menikmatinya dan biasanya saya cepat sekali ejakulasi. Apabila saya mencabut kemaluan saya dari vagina Ayu, saya bisa melihat cairan darah mensnya yang bercampur dengan mani saya. Kadang-kadang saya merasa jijik melihatnya.

Satu hari, kami sedang asyik-asyiknya menikmati sanggama, dimana kami berdua sedang telanjang bugil dan Ayu sedang berada didalam posisi diatas menunggangi saya. Dia menaruh tiga buah bantal untuk menopang kepala saya sehingga saya bisa mengisap-isap payudaranya sementara dia menggilas kemaluan saya dengan dengan kemaluannya. Pinggulnya naik turun dengan irama yang teratur. Kami rileks saja karena sudah begitu seringnya kami bersanggama. Dan pasangan suami isteri yang tadinya menyewa kamar dikamar sebelah, sudah pindah kerumah kontrakan mereka yang baru.

Saya sudah ejakulasi sekali dan air mani saya sudah bercampur dengan jus dari kemaluannya yang selalu membanjir. Lalu tiba-tiba, pada saat dia mengalami klimaks dan dia mengerang-erang sambil menekan saya dengan pinggulnya, anak perempuannya yang bernama Efi ternyata sedang berdiri dipintu kamar tidur saya dan berkata, "Ibu main kancitan, iya..?" (kancitan = ngentot, bahasa Palembang)

Saya sangat kaget dan tidak tahu harus berbuat bagaimana tetapi karena sedang dipuncak klimaksnya, Ayu diam saja terlentang diatas tubuh saya. Saya melirik dan melihat Efi datang mendekat ketempat tidur, matanya tertuju kebagian tubuh kami dimana penis saya sedang bersatu dengan dengan kemaluan ibunya. Lalu dia duduk di pinggiran tempat tidur dengan mata melotot.

"Hayo, ibu main kancitan," katanya lagi.

Lalu pelan-pelan Ayu menggulingkan tubuhnya dan berbaring disamping saya tanpa berusaha menutupi kebugilannya. Saya mengambil satu bantal dan menutupi perut dan kemaluan saya .

"Efi, Efi. Kamu ngapain sih disini?" kata Ayu lemas.

"Efi pulang sekolah agak pagi dan Efi cari-cari Ibu dirumah, tahunya lagi kancitan sama Bang Johan," kata Efi tanpa melepaskan matanya dari arah kemaluan saya. Saya merasa sangat malu tetapi juga heran melihat Ayu tenang-tenang saja.

"Efi juga mau kancitan," kata Efi tiba-tiba.

"E-eh, Efi masih kecil.." kata ibunya sambil berusaha duduk dan mulai mengenakan dasternya.

"Efi mau kancitan, kalau nggak nanti Efi bilangin Abah."

"Jangan Efi, jangan bilangin Abah.., kata Ayu membujuk.

"Efi mau kancitan," Efi membandel. "Kalo nggak nanti Efi bilangin Abah.."

"Iya udah, diam. Sini, biar Johan ngancitin Efi." Ayu berkata.

Saya hampir tidak percaya akan apa yang saya dengar. Jantung saya berdegup-degup seperti alu menumbuk. Saya sudah sering melihat Efi bermain-main di pekarangan rumahnya dan menurut saya dia hanyalah seorang anak yang masih begitu kecil. Dari mana dia mengerti tentang "main kancitan" segala?

Ayu mengambil bantal yang sedang menutupi kemaluan saya dan tangannya mengelus-ngelus penis saya yang masih basah dan sudah mulai berdiri kembali.

"Sini, biar Efi lihat." Ayu mengupas kulit kulup saya untuk menunjukkan kepala penis saya kepada Efi. Efi datang mendekat dan tangannya ikut meremas-remas penis saya. Aduh maak, saya berteriak dalam hati. Bagaimana ini kejadiannya? Tetapi saya diam saja karena betul-betul bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.

Cerita Hot - Tempat tidur saya cukup besar dan Ayu kemudian menyutuh Efi untuk membuka baju sekolahnya dan telentang di tempat tidur didekat saya. Saya duduk dikasur dan melihat tubuh Efi yang masih begitu remaja. Payudaranya masih belum berbentuk, hampir rata tetapi sudah agak membenjol. Putingnya masih belum keluar, malahan sepertinya masuk kedalam. Ayu kemudian merosot celana dalam Efi dan saya melihat kemaluan Efi yang sangat mulus, seperti kemaluan ibunya. Belum ada bibir luar, hanya garis lurus saja, dan diantara garis lurus itu saya melihat itilnya yang seperti mengintip dari sela-sela garis kemaluannya. Efi merapatkan pahanya dan matanya menatap kearah ibunya seperti menunggu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Saya mengelus-elus bukit venus Efi yang agak menggembung lalu saya coba merenggangkan pahanya. Dengan agak enggan, Efi menurut, dan saya berlutut di antara kedua pahanya dan membungkuk untuk mencium selangkangan Efi.

"Ibu, Efi malu ah.." kata Efi sambil berusaha menutup kemaluannya dengan kedua tangannya.

"Ayo, Efi mau kancitan, ndak?" kata Ayu.

Saya mengendus kemaluan Efi dan baunya sangat tajam.

"Uh, mambu pesing." Saya berkata dengan agak jijik. Saya juga melihat adanya "keju" yang keputih-putihan diantara celah-celah bibir kemaluan Efi.

"Tunggu sebentar," kata Ayu yang lalu pergi keluar kamar tidur. Saya menunggu sambil mempermainkan bibir kemaluan Efi dengan jari-jari saya. Efi mulai membuka pahanya makin lebar.

Sebentar kemudian Ayu datang membawa satu baskom air dan satu handuk kecil. Dia pun mulai mencuci kemaluan Efi dengan handuk kecil itu dan saya perhatikan kemaluan Efi mulai memerah karena digosok-gosok Ayu dengan handuk tadi. Setelah selesai, saya kembali membongkok untuk mencium kemaluan Efi. Baunya tidak lagi setajam sebelumnya dan sayapun menghirup aroma kemaluan Efi yang hanya berbau amis sedikit saja. Saya mulai membuka celah-celah kemaluannya dengan menggunakan lidah saya dan Efi-pun merenggangkan pahanya semakin lebar. Saya sekarang bisa melihat bagian dalam kemaluannya dengan sangat jelas. Bagian samping kemaluan Efi kelihatan sangat lembut ketika saya membuka belahan bibirnya dengan jari-jari saya, kelihatanlah bagian dalamnya yang sangat merah.

Saya isap-isap kemaluannya dan terasa agak asin dan ketika saya mempermainkan kelentitnya dengan ujung lidah saya, Efi menggeliat-geliat sambil mengerang, "Ibu, aduuh geli, ibuu.., geli nian ibuu.."

Saya kemudian bangkit dan mengarahkan kepala penis saya kearah belahan bibir kemaluan Efi dan tanpa melihat kemana masuknya, saya dorong pelan-pelan.

"Aduh, sakit bu..," Efi hampir menjerit.

"Johan, pelan-pelan masuknya." Kata Ayu sambil mengelus-elus bukit Efi.

Saya coba lagi mendorong, dan Efi menggigit bibirnya kesakitan.

"Sakit, ibu."

Ayu bangkit kembali dan berkata,"Johan tunggu sebentar," lalu dia pergi keluar dari kamar.

Saya tidak tahu kemana Ayu perginya dan sambil menunggu dia kembali sayapun berlutut didepan kemaluan Efi dan sambil memegang batang penis, saya mempermainkan kepalanya di clitoris Efi. Efi memegang kedua tangan saya erat-erat dengan kedua tangannya dan saya mulai lagi mendorong.

Cerita Panas - Saya merasa kepala penis saya sudah mulai masuk tetapi rasanya sangat sempit. Saya sudah begitu terbiasa dengan lobang kemaluan Ayu yang longgar dan penis saya tidak pernah merasa kesulitan untuk masuk dengan mudah. Tetapi liang vagina Efi yang masih kecil itu terasa sangat ketat. Tiba-tiba Efi mendorong tubuh saya mundur sambil berteriak, "Aduuh..!" Rupanya tanpa saya sadari, saya sudah mendorong lebih dalam lagi dan Efi masih tetap kesakitan.

Sebentar lagi Ayu datang dan dia memegang satu cangkir kecil yang berisi minyak kelapa. Dia mengolesi kepala penis saya dengan minyak itu dan kemudian dia juga melumasi kemaluan Efi. Kemudian dia memegang batang kemaluan saya dan menuntunnya pelan-pelan untuk memasuki liang vagina Efi. Terasa licin memang dan saya-pun bisa masuk sedikit demi sedikit. Efi meremas tangan saya sambil menggigit bibir, apakah karena menahan sakit atau merasakan enak, saya tidak tahu pasti.

Saya melihat Efi menitikkan air mata tetapi saya meneruskan memasukkan batang penis saya pelan-pelan.

"Cabut dulu," kata Ayu tiba-tiba.

Saya menarik penis saya keluar dari lobang kemaluan Efi. Saya bisa melihat lobangnya yang kecil dan merah seperti menganga. Ayu kembali melumasi penis saya dan kemaluan Efi dengan minyak kelapa, lalu menuntun penis saya lagi untuk masuk kedalam lobang Efi yang sedang menunggu. Saya dorong lagi dengan hati-hati, sampai semuanya terbenam didalam Efi. Aduh nikmatnya, karena lobang Efi betul-betul sangat hangat dan ketat, dan saya tidak bisa menahannya lalu saya tekan dalam-dalam dan air manikupun tumpah didalam liang kemaluan Efi. Efi yang masih kecil. Saya juga sebetulnya masih dibawah umur, tetapi pada saat itu kami berdua sedang merasakan bersanggama dengan disaksikan Ayu, ibunya sendiri.

Efi belum tahu bagaimana caranya mengimbangi gerakan bersanggama dengan baik, dan dia diam saja menerima tumpahan air mani saya. Saya juga tidak melihat reaksi dari Efi yang menunjukkan apakah dia menikmatinya atau tidak. Saya merebahkan tubuh saya diatas tubuh Efi yang masih kurus dan kecil itu. Dia diam saja.

Setelah beberapa menit, saya berguling kesamping dan merebahkan diri disamping Efi. Saya merasa sangat terkuras dan lemas. Tetapi rupanya Ayu sudah terangsang lagi setelah melihat saya menyetubuhi anaknya. Diapun menaiki wajah saya dan mendudukinya dan menggilingnya dengan vaginanya yang basah, dan didalam kami di posisi 69 itu diapun mengisap-ngisap penis saya yang sudah mulai lemas sehingga penis saya itu mulai menegang kembali.

Wajah saya begitu dekat dengan anusnya dan saya bisa mencium sedikit bau anus yang baru cebok dan entah kenapa itu membuat saya sangat bergairah. Nafsu kami memang begitu menggebu-gebu, dan saya sedot dan jilat kemaluan Ayu sepuas-puasnya, sementara Efi menonton kami berdua tanpa mengucapkan sepatah katapun. Saya sudah mengenal kebiasaan Ayu dimana dia sering kentut kalau betul-betul sedang klimaks berat, dan saat itupun Ayu kentut beberapa kali diatas wajah saya. Saya sempat melihat lobang anusnya ber-getar ketika dia kentut, dan sayapun melepaskan semburan air mani saya yang ketiga kalinya hari itu didalam mulut Ayu. "Alangkah lemaknyoo..!" saya berteriak dalam hati.

"Ugh, ibu kentut," kata Efi tetapi Ayu hanya bisa mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang dicekik lehernya.

Hanya sekali itu saja saya pernah menyetubuhi Efi. Ternyata dia masih belum cukup dewasa untuk mengetahui nikmatnya bersanggama. Dia masih anak kecil, dan pikirannya sebetulnya belum sampai kepada hal-hal seperti itu. Tetapi saya dan Ayu terus menikmati indahnya permainan bersanggama sampai dua atau tiga kali seminggu. Saya masih ingat bagaimana saya selalu merasa sangat lapar setelah setiap kali kami selesai bersanggama. Tadinya saya belum mengerti bahwa tubuh saya menuntut banyak gizi untuk menggantikan tenaga saya yang dikuras untuk melayani Ayu, tetapi saya selalu saya merasa ingin makan telur banyak-banyak. Saya sangat beruntung karena kami kebetulan memelihara beberapa puluh ekor ayam, dan setiap pagi saya selalu menenggak 4 sampai 6 butir telur mentah. Saya juga memperhatikan dalam tempo setahun itu penis saya menjadi semakin besar dan bulu jembut saya mulai menjadi agak kasar. Saya tidak tahu apakah penis saya cukup besar dibandingkan suami Ayu ataupun lelaki lain. Yang saya tahu adalah bahwa saya sangat puas, dan kelihatannya Ayu juga cukup puas.

Saya tidak merasa seperti seorang yang bejat moral. Saya tidak pernah melacur dan ketika saya masih kawin dengan isteri saya yang orang bule, walaupun perkawinan kami itu berakhir dengan perceraian, saya tidak pernah menyeleweng. Tetapi saya akan selalu berterima kasih kepada Ayu (entah dimana dia sekarang) yang telah memberikan saya kenikmatan didalam umur yang sangat dini, dan pelajaran yang sangat berharga didalam bagaimana melayani seorang perempuan, terlepas dari apakah itu salah atau tidak.

Bersetubuh Dengan Teman Anaku Yg Hot

 Setiap kali Airin putriku pulang mengajak teman temannya, aku selalu menelan liur melihat kecantikan dan kenekadan mereka dalam berpakaian maupun bersikap, mereka begitu bebas dan tak sungkan sungkan, padahal usia mereka rata rata barulah 20 tahun, tetapi gayanya sudah seperti orang yang dewasa. Bagiku hal ini tak menyusahkan malahan menggembirakan karena dapat membuat mataku yang seperti keranjang ini terpuaskan oleh pertunjukan yang dihidangkan oleh anak anak muda ini. Yang penting mereka tak memakai obat bius, bagiku segalanya OK. Airin sendiri sudah sering aku tanyai tentang cara dia bersikap tetapi selalu dia jawab bahwa dia dan teman temannya punya prinsip dan ini tak boleh dicampuri orang lain.



Aku dan isteriku hanya tertawa setiap kali mendengar kata katanya ini, karena kami selalu teringat ketika ia masih bayi yang begitu lucu dan montok. Sekarang dia sudah dewasa wajahnya cantik sekali dan badannya montok seperti mamanya, aku yakin kalau salah satu cowok yang sering datang itu pasti pacarnya, tetapi aku tak berani menduga apakah anakku sudah pernah berhubungan seks, padahal kalau meramal orang lain aku pandai sekali. Salah seorang teman anakku yang sering datang dan main kerumah adalah seorang aktris sinetron yang terkenal, Diah sering membintangi sinetron yang berthemakan hantu. Aku tertarik dengan anak ini karena meskipun umurnya sepantaran dengan anakku, tetapi badannya aduhai sekali disamping wajahnya cantik sekali dengan rambut terurai panjang. Setiap kali dia main kerumah aku selalu memperhatikannya apalagi jika dia berenang, dengan pakaian renangnya yang sangat minim itu aku selalu dapat melihat kemontokan susunya disamping juga dari samping celana renangnya selalu kelihatan bulu jembutnya yang hitam itu. Tetapi seperti juga teman anakku yang lain, mereka cuek saja meskipun aku ada didekat mereka. Akulah yang kebingungan untuk menyembunyikan kontolku yang ngaceng melihat tubuh mereka yang merangsang itu, setiap kali aku selalu memakai handuk ditepi kolam renang. Diah sangat manja kepadaku seringkali dia kurangkul seolah olah dia anakku tetapi sebenarnya aku ingin sekedar merasakan kekenyalan susunya serta kelembutan pantatnya yang montok itu.

Aku sudah berangan angan untuk menikmati nonok Diah , sayangnya kesempatan itu selalu tak pernah ada, padahal makin hari aku makin tak tahan memandang Diah yang bagiku terasa makin seksi dan berani didepanku itu. Pernah dia suatu hari secara terang terangan membuka baju renangnya didepanku sementara Airin menggosokkan krim penahan panas dipunggungnya. Semua ini sangat merangsangku untuk sekali kali mencicipinya, jikalau selama ini aku berprinsip tak akan mencicipi perawan, tetapi untuk Diah aku kecualikan, karena ku benar benar tak tahan lagi. Kesempatan itu akhirnya tiba secara tak diduga duga, yaitu ketika kami sekeluarga berlibur di Puncak. Siang itu aku bermaksud turun ke Jakarta karena tadi aku mendapat telepon dari Lily sekretarisku bahwa ada seorang ibu yang ingin berjumpa denganku untuk menyelesaikan persoalannya. Saat aku memutar Mercedesku, kudengar teriakan Airin yang memanggilku, aku berhenti dan menunggu Airin serta Diah yang berlari lari kearahku. Ternyata Diah juga harus pulang ke Jakarta karena sore nanti dia ada shooting sedangkan Airin tak bisa turun karena ada janji dengan temannya untuk bertemu di villa. Aku langsung OK dan kamipun segera meluncur ke Jakarta berdua saja.

Diah benar benar santai, dia hanya memakai short , kaus serta jacket. Tak henti hentinya mulutnya bercerita kesana kemari yang selalu kujawab apa adanya. Ketika Diah membuka jacketnya, dan melemparnya kejok belakang, aku menoleh kearahnya untuk melihat pakaian yang dikenakannya. Ternyata Diah memakai kaus tanpa lengan serta tak memakai beha, karena kulihat susunya yang besar itu menggelayut dari balik kausnya itu dan yang paling membuat aku mata gelap adalah ketika ia menyilangkan kedua lengannya kebalik kepalanya sehingga ketiaknya yang dihiasi bulu bulu halus itu tampak jelas dihadapanku. Tanpa sungkan aku berkata pada Diah " Diah, kamu kok tak pakai beha ? Diah tertawa sambil berkata " Kan pakai jacket Oom, kalau dimobil sih biar saja, kan cuman Oom yang ngliat, lagian enak Oom nggak risih !" Aku juga tertawa sambil berkata "Oom juga nggak pakai celana dalam, karena rasanya risih kalau pakai ! Diah tertawa ngakak, "masak sih Oom, apa Oom nggak kuatir kalau terjepit ritsliting ?" Aku jawab " ya mesti hati hati dong ! Saat itu ketika Diah melihat kearah pahaku dia tertawa geli sambil berkata " Idih burungnya Oom berdiri tuh, kok celananya jadi mencuat begitu !"

Aku tertawa sambil berkata, Oom jadi terangsang ngliat susumu yang montok itu, jadinya ya berdiri ! Sambil berkata tanganku mengusap susunya dengan tangan kiriku. Diah tertawa geli sambil berkata " kalau Oom senggol senggol nanti malahan jadi nggak karuan lho Oom ! Aku tersenyum sambil berkata lagi, "Coba kamu pegang punya Oom, pasti kamu belum pernah rasakan seperti yang satu ini !" Dengan terkikik Diah langsung memegang batang kontolku dari luar celanaku, dia langsung berteriak "Idih gede banget Oom ! Ketika kubuka celana panjangku, Diah lagi lagi terpekik melihat kontolku yang seperti anak kucing itu.

Entah karena sudah akrab dengan aku atau bagaimana, yang jelas dia dengan spontan memegang kontolku dan meremasnya. Akupun dengan berani merogoh susunya dari balik kausnya, ternyata susu Diah sangat kenyal. Ketika kusingkap kausnya keatas sehingga susunya terjuntai keluar, aku menelan ludah susunya benar indah. Pentilnya merah muda dan buah dadanya sungguh montok dan bundar sangat bagus sekali. Ketika kutawarkan pada Diah untuk berhenti disatu motel yang tampak didepan, Diah mengangguk sambil tersenyum katanya "Oom jangan bilang Airin ya, Diah malu . Aku hanya mengangguk dan segera kubelokkan mobilku memasuki motel. Begitu pintu garasi motel ditutup, tanpa turun dari mobil aku langsung menciumi wajah Diah yang ayu itu dan mencari bibirnya. Diah sendiri balas merangkul aku dan mandah saja ketika kuhisap bibirnya dalam dalam. Kubuka kausnya dan kuajak dia turun dari mobil. Kami berdua keluar dari mobil dalam keadaan yang lucu, karena aku berjalan dengan celana terbuka sehingga kontolku terjulur keluar sedangkan Diah berjalan tanpa baju alias telanjang dada. Begitu sampai dikamar, aku tak sabar lagi mencopot short yang dipakai Diah, serta juga celana dalamnya, tubuh Diah benar benar bagus, tak salah dia menjadi bintang sinetron. Badannya sangat mulus dan bersih seolah tanpa setitik nodapun menempel dikulitnya yang putih itu, hanya dipangkal pahanya tumbuh semak hitam yang tipis menutupi bukit nonoknya yang cembung itu.

Aku mencium bibirnya serta mengulum bibir yang berlipstick merah itu, Diah balas memelukku sambil menggigit bibirku pelan pelan, bibirku turun terus menciumi seluruh lekuk tubuh Diah mulai dari lehernya yang jenjang terus kebawah kepuncak bukit susunya , mengulum pentil susunya yang sudah mengerra seperti kerikil itu. Diah merintih rintih merasakan rasa geli dan nikmat yang kubuat itu. Setiap kali aku mengulum pentilnya, Diah menekan kepalaku kedadanya sehingga wajahku terbenam dikelembutan susu Diah, aku terus menjelajahi tubuh Diah, kujilati pelan pelan bagian bawah susunya sampai kepusarnya yang bundar itu, persis seperti anak kucing yang mandi kering. Diah mendesis desis, kali ini aku benar dituntut kesabarannya untuk menghadapi anak seusia Diah ini, meskipun Diah sudah banyak bergaul dengan temannya yang mungkin juga jagoan merayu, tetapi aku tidak boleh kalah, justru aku harus menunjukkan bahwa aku lebih telaten dari anak muda yang biasanya main serbu dan lari itu. Ketika jilatanku sampai kebukit nonoknya yang berjembut tipis, akupun mulai menjilati jembutnya dengan lidahku sehingga jembut Diah menjadi basah kuyup, pelan pelan jilatanku mulai menyusuri lereng bukit cembung itu menuju lipatan paha Diah yang

menuju liang surga. Kulihat liang nonok Diah masih tertutup rapat, hanya tampak itilnya yang menonjol keluar seperti kacang serta lendir yang membasahi celah surga itu. Ketika lidahku menyentuh itil Diah, Diah terlonjak kegelian, kutahan kakinya dan pelan pelan kukuakkan pahanya sehingga kepalaku tepat berada diantara pangkal pahanya. Lidahku kujulurkan menyelusupi liang nonok Diah sambil sekali kali kujilat itilnya yang makin membengkak itu. Kucium bau harum yang khas keluar dari nonok Diah, bau yang selalu kucium bila menghadapi perempuan yang sedang bernafsu, kubersihkan semua lendir yang keluar dari nonok Diah dengan menjilatinya.

Saat itulah Diah mengejang sambil merintih serak, tangannya mencengkeram sprei tempat tidurnya dan kakinya menjepit kepalaku yang ada diselangkangannya itu. Rupanya Diah sudah mencapai kepuasannya meskipun hanya dengan aku jilati saja. Kubiarkan Diah merasakan semuanya itu, sementara aku tak berhenti menjilati itilnya yang menjadi pusat rasa geli itu. Begitu kurasakan Diah melepaskan jepitan pahanya dikepalaku, aku menghentikan jilatanku dan menindih tubuhnya sambil memeluknya. Diah membalas pelukanku sambil menciumi bibirku, kontolku yang sudah ngaceng berat itu mulai kuarahkan keliang nonoknya yang sudah licin dengan lendir itu, mudah sekali untuk menyelipkan kontolku diantara liang nonok Diah, saat itulah Diah tiba tiba berkata "Oom pelan pelan ya, Diah belum pernah berbuat seperti ini lho !" Aku benar benar kaget mendengar pengakuan Diah ini, berarti Diah masih perawan. Memang aku sering menduga kalau kelihatannya Diah masih perawan, karena seringkali ketika kupeluk dan kuremas terasa kekenyalan seorang perawan, tetapi setelah apa yang kulakukan padanya dan begitu pasrahnya dia padaku, kukira ia sudah pernah melakukannya sehingga tak canggung lagi. Ternyata dugaanku itu salah semua, Diah masih perawan......

Dengan lembut aku mencium bibirnya dan berbisik "jangan kuatir, Oom akan pelan pelan kok!" Diah memejamkan matanya ketika aku mulai mendorong kontolku memasuki liangnya yang masih asli itu. Sebenarnya jika sudah licin seperti ini, dengan mudah kontolku akan menembus nonok Diah, tetapi karena masih terhalang dengan selaput perawannya, maka aku harus ekstra hati hati agar Diah tak merasa kesakitan. Sambil meremas buah dadanya, kontolku terus kudorong pelahan pelahan memasuki liang Diah, memang meskipun licin, terasa dinding liang Diah menggigit kontolku. Tetapi setiap kali aku mendorong masuk selalu Diah mendorong badanku sambil merintih, aku terus mendorong sambil berkata, "tahan sedikit Diah, sebentar juga hilang, nanti yang terasa cuman enaknya saja " Diah seakan akan tak mendengar bisikanku itu, bahkan ketika kontolku menyentuh selaput gadisnya, dia langsung menjengit sambil berteriak lirih. Aku menahan gerakanku sementara tanganku makin aktif meremas susunya serta menciumi wajahnya yang awut awutan itu. Begitu kurasakan Diah agak terlena oleh rasa nikmat yang kutimbulkan, aku langsung menekan kontolku lebih keras dan....breet...sleeeppp....blus.. kontolku berhasil menembus selaput keperawanan Diah. Diah memekik, kubekap mulutnya dengan tanganku, karena aku kuatir kalau didengar kamar sebelahku. Setelah kulihat Diah sudah mulai tenang, kulepaskan bekapan tanganku dan kuciumi bibirnya, Diah memelukku erat erat, katanya "aduh.. sakit Oom, jangan keras keras ya Oom.... !" Aku tak menyahut, justru pelan pelan aku mulai menggerakkan batang kontolku menyusuri liang sempit Diah yang baru saja kuperawani ini. Diah berkali kali menggigit bibir menahan perih yang dirasakannya, tetapi lama kelamaan Diah kembali mulai memeluk aku sambil mendesis desis kegelian.

Kuremas buah dadanya yang kenyal itu dan kucucup pentilnya yang masih membatu itu. Gerakanku yang tadinya lambat mulai kupercepat makin cepat sampai tiba tiba aku mengejang karena air maniku ambrol memenuhi liang nonok Diah. Diah juga ikut ikutan mengejang, karena dia juga mencapai puncak kenikmatan yang kedua kalinya, Aku berbaring lemas diatas tubuh Diah, kurasakan semua kenikmatan yang kudapat dari liang nonok Diah yang hebat itu. Diah sendiri terus memeluk aku sambil memejamkan matanya, bahkan ketika aku ingin mencopot kontolku dari liangnya, Diah melarangnya. Aku menurut saja, kami berbaring berpelukkan sementara kontolku masih terbenam diliang nonok Diah sampai tertidur. Sekitar satu jam kami berpelukan seperti itu, ketika aku terbangun Diah juga membuka matanya, ia tersenyum memandangku, dipeluknya aku sambil berbisik "Oom jangan tinggalkan Diah ya, Diah sayang sama Oom !" Aku diam saja tetapi aku membalasnya dengan mencium bibirnya yang merekah itu. Ketika akhirnya aku berhasil mencabut kontolku dari liang nonok Diah, langsung saja air mani yang memenuhi liang nonok Diah membanjir keluar membasahi sprei bercampur dengan darah perawan Diah. Kuajak Diah kekamar mandi untuk membersihkan diri, Diah menurut saja, dengan tertatih tatih ia kutuntun kekamar mandi.

Kami sama sama masuk kedalam bak mandi dan berendam dalam air hangat. Air yang hangat, Diah yang cantik dan telanjang bulat membuat kontolku jadi ngaceng lagi. Kutarik tangan Diah dan kuarahkan kekontolku agar dipegang, ketika Diah merasakan kontolku yang sudah ngaceng lagi itu, dia tertawa geli dan meremas remasnya. Kutarik Diah agar duduk diatas pangkuanku dan kuarahkan kontolku keliang nonoknya. Begitu kurasakan nonoknya sudah menjepit kontolku, kutekan tubuhnya sehingga kontolku masuk kedalam liang itu sekali lagi. Diah kadang kadang menjengit menahan rasa perih yang mungkin masih timbul, tetapi begitu kontolku habis terbenam dalam liangnya dan kusuruh dia untuk menaik turunkan pantatnya, ternyata Diah dengan lancar dapat melakukannya, dengan memelukku sambil menempelkan buah dadanya kedadaku Diah bergerak naik turun merasakan nikmatnya kontolku. Entah karena nafsuku yang menggebu atau memang nonok Diah yang luar biasa, kali ini aku cepat mencapai klimaks, Diah hanya tertawa ketika dirasakannya kontolku lemas dan melejit keluar dari nonoknya itu. Kami berpakaian kembali dan meninggalkan motel meneruskan perjalanan menuju Jakarta. Dalam perjalanan Diah tak lagi banyak cerita, dia hanya menyandarkan badannya kebadanku sambil memejamkan matanya. Kupeluk dia sambil tetap menyetir, saat itulah hand phone ku berbunyi, rupanya Airin putriku yang menilpon, dia ingin berbicara dengan Diah katanya. Ketika kuserahkan tilpon pada Diah, kuperhatikan Diah berkali kali tertawa sambil berceloteh.

Ketika tilpon sudah ditutup, kutanyakan apa yang dikatakan Airin, Diah menjawab kalau Airin curiga karena suara Diah yang serak tidak seperti biasanya itu, dia menduga ada sesuatu yang terjadi. Aku hanya tertawa saja, begitu juga dengan Diah. .......... Sebelum berpisah aku ajak dulu Diah makan siang sekaligus kuberikan cek tunai senilai 30 juta agar supaya bisa dipakainya belanja. Aku benar benar suka dengan Diah, karenanya aku tak sayang membuang uang sebanyak itu. Diah berterimakasih menerima cek itu, dia bilang setiap saat aku butuh, dia akan mengatur jadwalnya agar bisa bersamaku lagi. Aku hanya tersenyum, dan kupesankan agar kalau dia main sama pacarnya jangan lupa cerita padaku, karena aku senang mendengar cerita semacam itu. Diah hanya mengangguk, sambil menyeringai. Aku yakin bahwa setelah kuperawani, Diah pasti akan selalu kepengen menikmati persetubuhan dan pasti dia akan mulai mau diajak main oleh pria pria yang selama ini menguber uber dia. Aku merasa beruntung karena cewek secakep Diah ternyata aku yang berhasil memerawaninya.

Pesta Hot Sex Yang Tak Terlupakan


Terlupakan  "Fenny...", melihat kondisi anak gadis ku yang ternyata baik-baik saja membuat hatiku lebih tenang. "Ma... Fenny kangen...", dia lalu memelukku dengan erat. Air mata kami kemudian menetes, rasa haru pun menyelumuti kami. Sesaat aku dan Fenny berbagi cerita tanpa menghiraukan teman-temannya yang lain. Walaupun ia tetap terjerumus di lembah gelap, tapi aku masih sedikit tenang, setidaknya bukan tempat bang Solihin yang lebih bobrok. Fenny memilih di sini, aku yakin dia punya alasan tertentu, mungkin karena orang-orang di sini masih muda, jauh beda dengan 1001 malam yang dari berbagai usia. Fenny lebih akrab dengan mereka yang umurnya tidak begitu selisih jauh, apalagi di sini bebas dari narkotika, walaupun sebelumnya Mamat dan Syamsul pernah berkeja menjadi kurir narkoba. Lain dengan 1001 Malam yang marak sebagai tempat transaksi narkoba."Yully...", aku memperkenalkan diri kepada orang-orang di sini. Sebentar saja aku sudah akrab dengan mereka. Bos di sini adalah Herman, dia lah yang mengucurkan uang untuk membebaskabku dari jeratan bang Solihin, kemudian ada Satorman, Mamat dan Syamsul yang tadinya menjemputku. Selain itu ada teman-teman Herman yang lain; Tono, Andi, Iskandar, Marwan, Budi, dan Eko. Serta tiga gadis pemijit selain Fenny; Ayu, Lisa dan Widya.

Mereka semua baik sekali dengan Fenny, sampai-sampai nanti malam mau mengadakan pesta untuk merayakan kebebasanku. Sebagai tanda terima kasih, aku pun berjanji akan memasak makanan untuk pesta nanti malam. "Bagus, tante tinggal di sini saja, hitung-hitung bantu siapkan makanan untuk kita..", ajak Herman agar aku bergabung dengan usahanya. "Kasihan juga si Fenny tidur sendirian...", lanjut Herman. Aku pun mengiyakan karena aku sendiri juga tak tahu harus tinggal di mana lagi. Di gedung ini hanya Fenny dan Satorman saja yang tinggal, sedangkan yang lain kalau sudah malam pulang ke rumah masing-masing, kadang-kadang saja ada yang menginap di sini.

Aku pun mulai keluar berbelanja bahan untuk masakan, Herman meminta Satorman menemaniku, namun sepertinya dia kecapekan karena tadi telah menjemputku, mau tidak mau Tono lah yang ditunjuk kemudian. Wajahnya sedikit aneh, tampak seperti seorang pecandu seks yang berlebihan, menatapku saja seperti menatap mangsa. Tapi tidak apalah, sudah tidak heran kok diperlakukan seperti ini. Tubuhku yang putih mulus memang sering mengundang nafsu para lelaki hidung belang, apalagi aku adalah keturunan china, walaupun umurku sudah 32 tahun, namun aku tetap menjaga bentuk tubuhku.

Dalam perjalanan aku banyak berbincang dengan Tono, aku duduk di sebelahnya yang sedang menyupir. Sesekali ia meraba pahaku yang kebetulan aku menggunakan rok, sehingga gampang sekali disibak. Ternyata Tono adalah sahabat Herman sedari kecil, mereka sudah seperti saudara dan saling membantu. Orang tua Tono pun bekerja pada orang tua Herman. Karena rabaan lembutnya di pahaku membuatku sedikit terangsang, stidak ingin mengecewakannya, aku pun membalas meraba pahanya. Tono tersenyum girang, ku buca resleting celananya lalu ku keluarkan penisnya yang sudah ngaceng. Selama perjalanan aku mengocok penisnya dengab tanganku, dari sejak pergi sampai pulang hingga ke tempat asal kami. "Tar malam boleh dong temani Tono?", tanya Tono sebelum aku turun dari mobil. Aku hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

Tidak terasa waktu cepat berlalu, mungkin karena aku terlalu berfokus pada masakanku, jam sudah menunjukkan pukul 10, hanya Fenny yang membantuku di dapur, sedangkan yang lain ada di ruang kumpul untuk berkaraoke ria. "Yuk, kita bawa ke sana...", aku mengajak Fenny anakku untuk membantuku membawa masakan. Cukup kaget ketika aku membuka pintu ruangan kumpul. Ternyata semua sudah bugil dan menikmati bir sambil berkaraoke. Hmm, anak muda jaman sekarang terlalu bebas pikirku. Namun lebih kagetnya lagi ku lihat Fenny membuka pakaiannya setelah meletakkan masakan di atas meja. Sebenarnya aku tidak lah awam dengan ini, namun tidak tega saja melihat anakku sendiri yang berbuat demikian.
Aku pun meletakkan masakan yang aku pegang di atas meja. "Ayo gabung...", aku ditarik Tono yang lalu memaksaku melepaskan pakaianku. Tanpa perlawanan, aku mengikuti acara mereka, menari bugil. Para lelaki berkaraoke dan dikaraoke, Fenny melayani bos Herman, aku melihatnya dengab jelas, Fenny menyepong penis Herman dengan nafsu. Sedangkan Ayu melayani Satorman dan Andi, Widya melayani dua sekawan alias Mamat dan Syamsul, sedangkan Lisa menyepong punya Iskandar dan Marwan. Yang tidak dapat jatah masih asyik menikmati bir sambil merokok. Aku kemudian ditarik Tono, "Sepongin dong tante...", pintanya. "Awas, hyper tuh...", ejek Eko dan Budi yang sedang minun-minum.

Kumainkan penisnya yang mengeras itu, penuh nafsu Tono mencengkram erat rambutku agar aku terus menyepong penisnya. Sebentar-bentar ia juga menampar pipiku, sungguh benar Tono adalah seorang yang hypersex. Sesekali ia juga menjulurkan tangannya ke bawah untuk meremas susuku. "Tante masih cantik...", ia coba merayuku agar aku semakin terangsang. Ku pandangi yang lain juga masih asyik menyepong, seperti lomba saja, lima perempuan sedang melayani beberapa pria secara bersama-sama. "Tante... Boleh gak Tono request?...", tanya Tono. Aku pun kemudian menghentikan seponganku untuk mendengar apa permintaannya. "Pengen model bondage...", lanjutnya sambil tersenyum. Aku tidak menjawabnya, melainkan meneruskan seponganku. Penisnya terasa hangat dimulutku, ku kulum dan ku jilat. Tono hanya diam, ia tidak kembali menanyakan jawabanku, sungguh pria yang hypersex.

Kulihat Eko dan Budi tidak lagi minum, mereka sudah bergabung dengan yang lainnya. Hanya Herman yang berdua dengan Fenny, tidak ada yang berani rebutan dengannya karena dialah bos di sini. Fenny tidak lagi menyepong, tetapi telah berjongkok di atasnya, percintaan gaya WOT, Fenny terlihat sangat menikmatinya dengan terus menggoyangkan pinggulnya untuk mengocok penis Herman.

Di arah lain, Ayu sedang didoggie oleh Satorman. Andi tidak diam saja, ia masih membiarkan penisnya disepong oleh Ayu. Depan belakang diberi penis, terlihat Ayu juga sudah cukup profesional. Budi yang tadi minum bergabung dengan Marwan dan Iskandar untuk menikmati Lisa, ada yang mengentotnya, ada yang disepongnya, dan ada yang menyedoti susunya. Sama halnya keadaan Widya, ia juga melayani tiga pria sekaligus, Mamat, Syamsul dan Eko. Semua mendapat jatah bergiliran, dari melumat bibirnya, menyedoti susunya, menusukkan penis ke vagina nya, dan adegan-adegan lain yang bergaya threesome.

Seponganku mungkin sudah membuat Tono sedikit bosan sehingga ia langsung mendorongku jatuh, dan lalu ia melumat susu ku dengan kasar. Tubuhku ditindihnya hingga aku sulit bernafas. Dari bibir hingga ke dada, ia menciumin seluruh tubuhku. Sambil menyedot susuku, Tono memainkan jarinya di arah vaginaku. Mungkin ia sedikit marah karena aku tidak menjawab kemauannya untuk menggunakan gaya bondage.
Puting susuku terasa perih, Tono seperti tanpa perasaan menyedot dan menggigitnya dengan kesetanan. Vaginaku pun terus dikocok dengan jarinya secara paksa. Aku hanya bisa bertahan mengikuti kemauannya. Sial pikirku kalau ketemu pria hyper seperti ini. Dulu di markas bang Solihin juga sering ketemu yang seperti ini, namun tidak begitu kasar. Tono lebih kasar dari pada pelanggan dulu, susu dan pantatku pun ditampar hingga kemerahan. Tak mau berlama-lama, Tono pun bangkit mengambil tas nya dan mengeluarkan seutas tali. "Sorry tante...", ia tersenyum padaku. Aku hanya berbaring lemas di lantai.

Kemudian Tono mengikat tanganku kebelakang sambil berbisik, "Tante pura-pura berontak saja...". Gila, pikirku, nih anak sudah keracunan video porno kayaknya. Agar ia puas, aku pun pura-pura berontak, aku menendangkan kakiku agar Tono menjauh. 'PLLAAAKKKK.....", Tono menampar pipi ku dengan keras hingga aku pun meneteskan air mataku. Sekujur tubuhku diikat dengan tali hingga aku tidak bisa bergerak, hanya kakiku saja yang dibiarkan mengangkang. Bukan hanya itu, Tono pun melakban mulutku dan kemudian ia pun mengeluarkan sextoy dari tasnya, sebuah benda panjang yang berbentuk penis besar.
Aku melihatnya menekan tombol yang ada di gagangnya, kemudian penis itu bergerak dan berputar seperti bor dan menggeliat seperti ulat. Benda itu terbuat seperti dari bahan karet, Tono pun kemudian berusaha menusukkannya ke lubang vaginaku. "Hmmmmm....", aku tidak bisa bersuara, mulutku tertutup lakban, benda besar itu terasa tidak muat di vaginaku. Sakit sekali hingga aku kembali menangis. Benda itu terus mengobok-ngobok dalam vaginaku, berputar-putar seperti bergejolak. Tono tak mau menariknya untuk waktu yang cukup lama, sambil menusukkan benda itu, ia terus menyedot susuku.

Aku tidak jelas memandang sekitar, mataku penuh dengan air. Kurasa yang lain masih asyik bercinta. Mungkin saja mereka sudah berganti posisi atau bahkan sudah berganti pasangan. Hanya aku saja yang diperlakukan begini. Puting susu ku ditarik Tono hingga mancung ke depan. Aku juga merasakan telah mencapai orgasme, air kenikmatanku sudah muncrat keluar, membasahi sextoy dan tangan Tono, namun dia tetap saja tak mau menarik keluar sextoy nya itu. Lelah sekali diperlalukan seperti ini, mungkin dinding vaginaku pun sudah koyak, karena benda yang besar itu tanpa henti berputar, terasa panas sekali.
Puas menyodokkan penis mainan itu, Tono akhirnya menarik keluar dari dalam vaginaku. Sedikit tenang karena tidak dipaksa seperti tadi lagi, karena sekarang ku lihat Tono akan memasukkan penisnya yang tidak begitu besar ke dalam vaginaku. Untuk mendapatkan sensasi, Tono menampar pipiku dan menjambak rambutku hingga aku hanya bisa merintih tanpa bisa berteriak karena mulutku masih tertutup lakban.
Aku terus digenjot oleh Tono, badanku terasa sakit karena ikatan tali di tubuhku sangat erat sekali, semoga saja ini cepat berlalu. Tiba-tiba ada seseorang mendekati kami, kucoba lihat dengan jelas, ternyata itu adalah Herman, ia langsung menarik lakban yang menutupi mulutku dengan kasar, "Mama Fenny... Sepongin dong...", ia lalu mendekatkan penisnya ke mulutku. 'Hoek' mual sekali bagiku karena penisnya masih basah, karena barusan saja Herman menyetubuhi anakku Fenny, sehingga bekas-bekas cairan sperma masih melekat di penisnya. Mau tak mau harus ku kulum penisnya itu. Badanku bergoncang kuat, atas bawah mendapatkan pekerjaannya masing-masing.

Yang lain entah bagaimana, baik Fenny, Ayu, Lisa maupun Widya. Yang jelas, ini adalah pesta seks yang cukup melelahkan. Ku lihat beberapa pria sudah istirahat, mereka duduk dipojokan sambil merokok. Gadis lain sudah terkapar tak bertenaga melayani beberapa pria, hanya aku yang masih bermain cinta.
"Bos, Tono minta ijin semprot...", pinta Tono yang sudah mau berejakulasi setelah setengah jam meenggenjot vaginaku. Herman mencabut penisnya dari mulutku, lalu Tono menggantikan posisinya, Tono mau aku mengulum penisnya hingga cairan spermanya keluar dan memenuhi mulutku.

Mulutku sudah belepotan dengan sisa sperma Tono yang sebagian sudah tertelan, Tono pun menjauh dan berkumpul dengan yang lain untuk menghabiskan bir dan masakan yang aku buat. Sekarang giliran bos Herman yang menggenjot vaginaku, dengan tubuh masih terikat, aku terus digoyang. Tak berhenti, kini Satorman datang bersama Andi untuk bergantian memintaku sepong. Kelihatannya mereka sudah bosan dengan Fenny, Ayu, Widya dan Lisa. Dengan keadaan terkapar terikat, tubuhku bergoyang mengikuti irama genjotan Herman, dan mulutku terus disumpal penisnya Satorman dan Andi.

Tak lama dari itu, kulihat pria yang tadinya beistirahat sudah mulai segar kembali dan antri dibelakang Satorman dan Andi. Mereka mengerumuniku, menjamahku, dan meremas-remas buah dadaku.
Hanya Tono yang masih beristirahat sambil merokok, tapi penisnya tidak istirahat, ia masih meminta Widya untuk memainkan penisnya. Sedangkan Ayu, Fenny dan Lisa menyantap makanan dan minuman yang tersisa. Seperti halnya Tono, Herman pun menarik penisnya dari vaginaku dan berejakulasi di mulutku. Kini giliran Satorman yang mengambil posisi Herman.

Aku sudah capek, vaginaku pun sudah perih terasa. Tapi mereka seolah tidak mengerti, mungkin karena aku barang baru bagi mereka. Aku sudah tak mampu melihat sekitar, hanya merasakan genjotan para lelaki itu, dan muntah-muntah karena menelan peju mereka. Setelah Satorman, giliran Andi, seterusnya entah siapa lagi, aku sudah tak sadarkan diri karena kecapekan, yang jelas semuanya mendapatkan giliran.
Ketika aku terbangun, ternyata pesta mereka belum usai, Fenny dikerumuni Syamsul, Andi, dan Tono, sedangkan Ayu menyepong Satorman sambil didoggie oleh Mamat, gadis lainnya si Widya dan Lisa sedang dinikmati pria lainnya, hanya bos Herman yang tidak kelihatan. Mungkin mereka selalu beristirahat sejenak sehingga stamina mereka begitu kuat dari malam hingga pagi hari.

Aku tidak mau memperdulikan mereka lagi, dan berpura-pura tertidur agar tidak perlu capek lagi melayani mereka. Akhirnya siang, aku dibangunkan Fenny dan melepaskan ikatanku, aku pun segera bangkit untuk mandi. Mereka ternyata sudah mandi terlebih dahulu, hanya beberapa orang saja yang masih tiduran di lantai. "Habis mandi, siapin makanan ya ma... Bos Herman pergi jemput tamu...", pesan Fenny sebelum aku masuk ke kamar mandi.

"Huah... Capeknya...", desahku di dalam kamar mandi sambil diguyur air hangat dari shower, cukup segar merasakan air yang membasahi tubuhku. Setelah ini aku harus memasak, tidak tahu siapa yang dijemput oleh Herman.

Jam sudah menunjukkan pukul 16:00, Herman yang ditemani Satorman belum kunjung pulang. Aku dan teman yang lain cukup khawatir, takut makanan yang ku siapkan tidak segar lagi. Tono dan beberapa pria berjaga dibawah, sedangkan para gadis masih santai bersamaku di ruang kumpul, karena tempat usaha kami terhitung baru, masih jarang konsumen yang singgah ke sini. "Fen, nanti makanannya dipanasin saja ya, mama capek banget nih", aku meminta Fenny untuk membantuku. "Oke ma, mama istirahat saja...", jawab Fenny.
Aku pun masuk kamar dan langsung menghempaskan tubuhku ke ranjang. Capeknya hari ini, aku pasti akan nyenyak tidur di sore ini. Bagaimanapun pesta tadi malam sangat membekas dipikiranku, karena aku belum pernah mengalami pesta seks ramai-ramai begitu, apalagi bersama dengan Fenny anakku yang juga ikut berpesta.

ABG Hot Ngajak Nakal

  Kali ini adalah pengalaman sex saya dengan ABG yang masih SMU bernama Linda. Setelah saya mengirimkan cerita saya tersebut, saya mendapat email dari Linda yang katanya tertarik dengan pengalaman saya dan kebetulan dia sedang di Lombok dalam rangka liburan bersama keluarganya. Kami janjian lewat email bertemu pada bulan Oktober di sebuah rental internet di Mataram. Tentu saja pembaca, saya yang menentukan lokasinya di rental internet tersebut, karena hari itu saya masih harus membalas beberapa email yang ingin berkenalan denganku dan mencari tahu tentang pariwisata di Lombok.

Pada hari Kamis, saya sudah stand by di rental tersebut, berdebar-debar juga rasanya saya menunggu Linda, seperti apa rupanya ya.

"Selamat pagi, Om namanya Andi khan?"
"Ya, betul.. Ini Linda ya!" tanya saya kembali padanya.

Di hadapan saya sekarang adalah seorang ABG keturunan tionghoa yang cantik. Saya perkirakan umurnya baru 16 tahun, tinggi 160 cm, berat 47 kg dan berkulit putih mulus khas cina dengan rambut lurus sebahu, memakai baju hem ketat warna krem, celana jins hitam tiga perempat yang pas. Duduk di samping saya tampak mengintip CD-nya yang berwarna putih. Kontol saya langsung tegak bagaikan Monas melihat cewek cantik ini.

"Gimana khabarnya?" tanyaku membuka percakapan sambil mempersilakannya duduk.
"Baik Om, senang rasanya liburan ke Lombok"
"Oh ya? Udah kemana aja Linda?"
"Ke pantai Senggigi, terus Suranadi dan tempat gerabah itu"
"Terus Linda sekarang sama siapa?"
"Sama Papa, Mama dan sepupu, Linda tinggal di Senggigi Beach Hotel"
"Wah, asyik dong.."
"So pasti, tapi lebih asyik kalo diantar sama tour guide seperti Om"
"Itu sich gampang Lin, yang penting ada komisinya lho" canda saya.
"Tenang Om, dijamin nggak nyesel dech nganterin Linda"

Cerita abg nakal Linda orangnya supel dengan senyumnya yang manis mirip artis mandarin dan aroma tubuhnya yang sangat wangi. 'Adik' saya sudah nggak bisa diam nich.

"Ceritanya Om Andi tuch asli khan?"
"Tentu saja asli lho, dari pengalaman pribadi"
"Enak dong"
"Enak apanya Lin?" pancing saya mulai memepetkan tempat duduk.

Ini baru kesempatan namanya. Asik khan pembaca, bisa berduaan sama abg yang tentu saja masih seger-segernya..

"Gituannya lho.." jawabnya tersipu malu.
"Emangnya Linda pernah gituan sama pacar?"
"Ya.. Hampir pernah"
"Hampir pernah gimana, nggak usah malu dech, ceritain dong"
"Siapa tahu Om bisa bantu" ujarku sambil tangan kiri saya merangkul pundaknya.

Wah, Linda tampaknya nggak marah nich saya pegang pundaknya, berarti ada lampu hijau dong.

"Janji ya Om, nggak bilang siapa-siapa"
"Janji dech" saya menunjukkan tanda victory padanya.
"Gini Om, Tony pacar saya itu kalo udah nafsu cepat keluarnya, padahal Linda belum apa-apa"
"Maksudnya.." tanyaku pura-pura blo'on padahal tahu maksudnya.
"Iya, pas kontolnya Tony nempel di anunya Linda, udah keluar duluan"
"Oh gitu, itu istilah kedokterannya ejakulasi dini"
"Terus ngatasinya gimana dong Om"
"Ya, Linda harus bisa foreplay dulu, maksudnya pemanasan gitu"
"Ya udah Om, tapi Tony maunya terburu-buru en lagian mainnya kasar sich"
"Linda mau Om bantuin?" tanya saya yang sudah tidak lagi melihat isi layar monitor sejak tadi.
"Maksud Om..?"
"Ya.. Gimana caranya foreplay"
"Hus.. Om ini ngaco, Linda khan pacarnya orang"
"Bukannya ngaco, Linda ya tetap pacarnya Tony, Om khan cuma memberikan petunjuk" jawab saya sungguh-sungguh membujuknya agar mau foreplay, habis potongan tubuhnya itu, alamak geboy abis, mungkin rajin fitnes ya atau aerobic.
"Tapi.. Ada orang lho di sini Om, Linda khan malu"
"Nggak ada orang di sini kok, sini Om pangku" rayuku sambil menarik pinggangnya untuk duduk di pangkuan saya menghadap monitor komputer.
"Om.. Jangan.." celetuknya ragu dan canggung.
"Udah.. Atasnya doang kok, gimana?" tanya saya sambil membuka dua kancing atas hemnya hingga kelihatan BH merahnya, tangan kanan saya langsung masuk meremas payudaranya.
"Ja.. Ngan.. Om.. Geli.."
"Gimana rasanya Lin.."
"En.. Ak.. Sst.. Mmh"

Cerita abg nakal Linda kelihatannya sudah agak terangsang dengan permainan tangan saya, ditambah lagi ciuman saya yang mendarat secara tiba-tiba pada lehernya. Tangan kiri saya juga mulai aktif meremas payudaranya yang sebelah. Ciuman pada lehernya saya ubah jadi menjilat, jadi kedua tangan meremas dan kadang-kadang memelintir kedua putingnya itu yang makin lama makin mengeras.

"Mmh.. Mmh.." gumam Linda. Beberapa menit kemudian..
"Udah.. Om.. Sst.. Udah.." tahan Linda sambil melepaskan saya dan merapikan bajunya.
"Ada apa Lin, contoh foreplay belum abis lho" goda saya tersenyum.
"Mmh.. Iya sich Om, cuman nggak leluasa di sini"
"Maunya Linda dimana?"
"Tempat yang sepi orangnya gitu"

Saya lihat tempat rental internet itu sudah mulai ramai kedatangan pengunjung, mungkin Linda agak terganggu juga konsentrasinya.

"Gimana kalo di hotel aja Lin, di sana lebih tenang" usulku.
"Iya dech.. Tapi jangan di Senggigi ya Om", jawabnya sambil tangannya mengandeng saya mesra.
"Oke, nanti OM cariin yang agak jauh dari Senggigi"

Dan kami pun check in di salah satu hotel yang agak jauh dari Senggigi, karena saya tahu Linda tidak mau ketahuan keluarganya, katanya dia bilang sama keluarganya mau ke rental internet selama 3 jam. Karena itu kami pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.

"Wah, di sini baru tenang nich" kata Linda sambil memperhatikan hotel yang lumayan tenang karena tempatnya agak jauh dari Senggigi dan kota.
"Nah, sekarang gimana? Mau nerusin caranya foreplay?"
"Mmh.. Gimana ya" Linda agak ragu kelihatannya.

Wah, anak ini harus dirangsang lagi supaya mau foreplay, soalnya si 'buyung' sudah tegak seperti pentungan pak satpam. Kemudian saya membuka kaos atas saya dan celana panjang jins hingga tinggal CD, sengaja saya membuka baju menghadap ke Linda.

"Wow.. Apaan tuch Om, kok kembung" kata Linda sambil menunjuk ke kontol saya.
"Linda mau lihat punya Om ya" Kutanggalkan semua celana dalam saya hingga saya bugil dan kelihatan kontol yang tegak itu.
"Wow.. Kontol Om bengkok dikit ya.." terheran-heran Linda melihat bentuk kontol saya.
"Ini baru asli lho Lin, tanpa pembesaran" ujarku sambil mendekatinya.

Cerita abg nakal Tangan saya aktif membuka hem kremnya dan celana jins hitam tiga perempatnya. Sekarang tampak jelas BH merahnya dan CD putihnya yang cantik, pemandangan yang indah. Saya gendong Linda dan menaruhnya dengan lembut di sofa itu, kemudian saya mencium dan menjilat bibirnya serta tangan saya meremas payudara dan mencopot pengait BH-nya.

"Om.. isep.. sst.. susu.. nya.. Linda.." rengeknya meminta saya menghentikan ciuman dan beralih ke payudaranya, ciuman dan hisapan saya giatkan, kemudian puting itu saya gigit perlahan.
"Terr.. us.. Om.. sst.. sst.." rintihnya sambil memindahkan kepala saya pada payudaranya.

Tangan kiriku mengusap payudara sebelah kiri dan tangan kanan saya masuk dalam CD-nya dan mengusap-usap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus, kemudian saya masukkan jari keluar-masuk dengan lancar.

"Ouh.. Mmh.. Enak.. Om.. Nah.. Gitu.." Saya turun lagi mencium perutnya yang putih bersih, turun lagi mencium CD-nya yang mulai basah.
"Buka.. Aja.. Om.. Cepet.. Sst" celotehnya yang sudah bernafsu sekali sambil membuka CD-nya. Sekarang terlihat jelas sekali vaginanya yang masih kencang dan saya jilat dengan pelan dan semakin ke dalam lidah saya menari-nari.
"Sst.. Terr.. Us.. Om.. Mmh.." rintihnya tak karuan sambil menjepit kepala saya.

Beberapa menit saya permainkan vaginanya dan paha bagian dalam Linda yang sudah sangat basah sekali.

"Om.. Mmhmm.. Ganti.. Om.. Sstss"
"Gantian gimana Lin.." goda saya sambil telentang.
"Gantian Linda isep kontolnya Om, tapi jangan keluar dulu ya"
"Beres, nanti Om pakai kondom kok"
"Mmh.." Linda tidak menjawab, soalnya sudah mulai menghisap kontol saya, pertama-tama cuma masuk setengah tapi lama-kelamaan masuklah semua kontol saya.
"Terr.. Us.. Lin.. Jilat.." perintah saya sambil memegang kepalanya dan mendorong pelan supaya kontol saya masuk semua ke mulutnya.

Beberapa menit kami melakukan oral sex, Linda ternyata menikmati permainan itu.

"U.. Dah.. Lin.. Om.. Nggak tahan.. Nich"
"Iya Om, Linda juga pengin ngerasain senggama gaya kuda ama kontolnya Om yang bengkok itu hi.. hi.." celotehnya tertawa sambil mengambil posisi menungging.
"Sabar ya Lin, Om pasang kondom dulu"

Kemudian setelah saya pasang kondom, saya masukkan ke vaginanya, tenyata meleset.

"Aduh.. Om.. Pelan.. Dong" rintihnya kesakitan. Memang vagina Linda masih sempit kelihatannya dan posisi tersebut agak susah sich.
"Lin tolong bantuin pegangin kontol Om"
"Sini Linda bantuin masukin tapi pelan ya"

Linda kemudian memegang kontol saya dan mengarahkan ke vaginanya dan saya dorong pelan, pelan tapi pasti dan bless.. masuk seluruhnya dengan dorongan saya yang terakhir agak keras.

"Aduh Om sakit"
"Nggak apa-apa kok Lin, udah masuk kok"
"Sst.. Om.. Gini rasanya ya.. Sst.."
"Gi.. Mana.. Lin.."
"E.. Nak.. Sst.. Agak cepetan Om.. Sst"
"Nahh.. Sst.. Gitu.."

Cerita abg nakal Genjotan demi genjotan saya giatkan sambil tangan kiri memegang perutnya dan tangan kanan memegang payudaranya. Plok.. Plok.. Plok.. Demikian kira-kira bunyinya. Kira-kira beberapa menit saya ngentot dengan Linda dengan posisi doggy style. Dan semakin lama semakin cepat.

"Ce.. Pat.. Sst.. Sst.. Om.. Aah.. Linda mau keluar nich" rintihnya tertahan.
"Sa.. ma.. an.. Lin.. keluarnya.. sst.. yess.." jawab saya sambil mempercepat sodokan kontol saya.
"Sst.. Lin.. Da.. Sst.. Kel.. Uar.. Om.. Argh.." jerit Linda.

Tiba-tiba tubuh Linda mengejang dan saya pun juga, akhirnya crot.. crot.. crot.. Keluar cairan putih dalam kondom saya, bersamaan dengan muncratnya cairan di vagina Linda. Tubuh kami pun lemas menikmati sensasi yang luar biasa itu.

"Trim's ya Lin, rasanya gimana?" tanya saya sambil mengecup pipinya.
"Enak sekali Om, baru kali ini Linda puas"
"Gimana ML ama Om Andi Lin?" tanya saya sambil mencium pipinya.
"Puas rasanya ke Lombok, dapat plusnya lagi" katanya sambil ke kamar mandi dan beberapa menit sehabis mandi kemudian Linda sudah merapikan bajunya.
"Sampe besok ya, sehari lagi Linda pulang lho"
"Okey, kapan ketemu lagi?"
"Terserah Om dech, tapi jangan terlalu malam ya, nanti Papa curiga lho"
"Gimana kalo jam 19.20 Om jemput?"
"Okey dech, seperti biasa ya" Maksudnya seperti biasa adalah, Linda kujemput pakai mobil sewaan di Senggigi, tapi agak jauhan. Karena jika ketahuan bapaknya khan bisa berabe.

Pukul 19.30 Linda sudah berada dalam mobil bersama saya, dengan memakai rok jins span warna biru dipadu dengan kaos ketat warna putih selaras dengan warna kulitnya. Aduh mak, makin cantik aja nich ABG, pikirku.

"Kita kemana Om?"
"Bandara Selaparang"
"Ngapain ke sana?" tanyanya heran.
"Udah nggak usah banyak tanya, nanti juga tahu"
"Linda ama Papa cuma dikasih ijin satu jam lho Om"
"Maka itu, Om mau kasih hadiah buat Linda"
"Wah, terima kasih Om" jawabnya sambil mencium pipi saya mesra. Saya pilih bandara itu agar bisa romantis dan bisa lebih pribadi, tahu khan pembaca maksud saya, he.. he.. he...

Cerita abg nakal Setelah sampai di bandara, saya parkir mobil di tempat yang agak sepi, kebetulan juga kacanya hitam pekat. Saya ajak Linda pindah ke tempat duduk belakang mobil Kijang itu agar lebih leluasa kalau mepet-mepetan.

"Mana hadiahnya Om?" tanya Linda tidak sabaran, karena tidak tahu apa hadiahnya.
"Om cuma mau kasih hadiah seperti kemaren" selidik saya menunggu tanggapannya.
"Maksud Om?"
"Iya, seperti yang Om ajarkan kemarin, nah itu hadiahnya, tapi Linda mau nggak?"
"Idih, si Om maunya.." jawab Linda sambil tersipu.

Bagi saya itu sudah cukup merupakan tanda setuju dari Linda hingga tanpa menunggu jawaban dari Linda, saya langsung mencium bibirnya dan tangan saya sudah mendarat pada pahanya. Saya elus-elus pahanya yang putih dan masih terbalut oleh jins biru yang sangat seksi hingga memperlihatkan lekuk-lekuk bodinya. Linda juga kelihatannya ingin menghabiskan malam terakhirnya bersama saya dengan tergesa-gesa membuka celana saya sampai separuh dan melahap kontol saya yang sudah kencang dari tadi.

"Teru.. Ss.. Lin.." perintah saya sambil membuka kaos dan BH putihnya yang berenda itu.
"Mmh.. Mmbmnb.." celotehnya tidak jelas karena mulutnya penuh dengan kontol saya yang maju mundur dihisapnya dengan irama yang cepat.
"Ud.. Ahh.. Lin.. Om.. Mau.. Kel.. Uar.. Arghh.."

Tiba-tiba Linda melepaskan kulumannya, dan berganti posisi dengan saya yang berjongkok dan Linda yang duduk sambil membuka rok spannya. Pemandangan yang sangat indah pembaca, Linda memakai CD kuning yang bergambar hati atau cinta.

"Ayo Om, jangan diliatin aja"
"Ya.." jawab saya sambil mencium vaginanya yang masih terbungkus CD kuningnya, jilatan demi jilatan membuatnya geli hingga pinggulnya ke kiri ke kanan tak beraturan.
"Uda.. Hh.. Om.. Buka aja.. Sst.. mmh.." katanya menyuruh saya membuka celana dalamnya.

Dengan dibantu Linda, saya membuka celana dalam beserta sok spannya hingga ia tinggal mengenakan BH saja. Vaginanya yang ditumbuhi bulu halus itu mengeluarkan aroma harum khas wanita, beberapa saat saya cium dan jilat pada bagian dalam vaginanya.

"Sst.. Arggh.. En.. Akk.. Om.. Nah gitu.. Sst"
"Jil.. At.. Om.. Bagian yang itu.. Ya.. Sst.." pintanya pada saya yang membuatnya sangat terangsang.

Sambil menjilat seluruh bagian vaginanya, tangan kanan saya masuk ke dalam BH-nya dan meremas payudaranya dengan lembut dan kadang-kadang memelintir putingnya yang sudah keras sekali.

"Ayo.. Om.. Sst.. Linda.. Nggak.. tahan.. Nih.." rintihnya memohon pada saya.

Saya sudah mengerti maksudnya, Linda sudah sangat terangsang sekali ingin melepaskan hasratnya dengan segera. Kemudian saya berganti posisi dengan Linda saya pangku berhadapan dengan saya sambil membuka penutup payudaranya itu. Maka kami berdua sudah bugil di dalam mobil itu, untung saja keadaan bandara waktu itu belum terlalu ramai karena kedatangan pesawat masih lama.

"Pel.. Lan ya Om" kata Linda sambil menggesek-gesekkan bibir vaginanya sebagai pemanasan dulu.
"Gimana Lin..?"
"Udah Om, sekarang aja" ajak Linda sambil memegang kontolku mengarahkannya pada lubang kemaluannya sambil saya juga menyodoknya pelan, kemudian pada akhirnya bless.. masuklah semua kontol saya.
"Arg.. Sst.. Mmh.." rintih Linda karena masuknya kontol saya yang kemudian maju mundur dengan lembut.

Kontol saya serasa diremas-remas dalam lubang kemaluan Linda yang masih sangat kencang sekali, denyut-denyut yang menimbulkan rasa nikmat bagi saya dan tentunya juga Linda yang menggerakkan pinggulnya ke kiri ke kanan meraih kenikmatannya sendiri.

"Om.. Sst.. kemot su.. sunya Linda.. Sst.. Mmh.."
"Mmh.. Mmh.."

Sambil menyodok vaginanya, saya menjilat, kadang mengulum kedua payudaranya bergantian. Posisi itu menimbulkan bunyi yang saya tirukan kira-kira ceplok.. ceplok.. Beradunya kontolku dalam vaginanya disertai rintihan dan jeritan kecil dari Linda membuat saya ingin segera memuntahkan lahar putih yang sudah dari tadi saya tahan.

"Ce.. Peet.. Sst.. Om.. Linda.. Mau kelu.. Ar.. Sstss.. aahh.." celotehnya meminta saya menyodoknya lebih cepat dan gerakan pinggulnya semakin cepat.
"Ya.. Lin.. Ayo.." jawab saya dengan sodokan yang tak kalah cepatnya dengan pinggulnya dan pada akhirnya muncratlah lahar itu secara bersamaan crot.. crot.. crot..
"Argh.. Ahh.." jerit kecil Linda menyertai muncratnya lahar itu.
"Ahh.." kami berdua duduk dengan lemas dan puas dalam mobil.
"Trim's ya Lin" jawab saya sambil mencium keningnya.
"Sama-sama Om" jawab Linda sambil memeluk saya dengan erat.

Malam itu kami habiskan dengan makan malam dan sebelum pulang ke hotel, Linda meminta sekali lagi 'pelajaran' pada saya di pinggir pantai Senggigi yang berpasir putih dan dalam cahaya bulan yang bersinar terang tapi tidak di dalam mobil. Sampai-sampai saya kewalahan menuruti berbagai macam gaya yang ingin dicobanya. Saya baru tahu bahwa ternyata Linda yang keturunan tionghoa yang masih ABG itu nafsu sexnya juga tinggi.

Selamat jalan Linda, semoga saja kamu puas jalan-jalan ke pulau Lombok. Nanti kalau jadi study tour SMU-nya ke Lombok lagi, bilang Om Andi saja ya, jangan lupa emailku, pasti akan kuantarkan teman-temannya juga.

Jablay muda Hot Ngentot

 Suatu siang aku iseng nyari makan siang di satu mal. Makan cepat saji yang paling gampang dicari adalah ayam goreng. aku pesan pahe ayam goreng plus kentang plus soft drink dingin. Selesai membayar, aku membawa nampanku mencari tempat duduk yang kosong. Mataku tertumbuk pada sesosok prempuan muda, cantik, seksi dengan tonjolan besar didadanya, tapi disebelahnya ada anak prempuan kecil, mungkin 3 tahunan lah. Dia memakai celana ketat dan tanktop yang juga ketat, toket besarnya ngintip dari belahan tank topnya yang rendah.
Walaupun banyak tempat duduk yang kosong aku nimbrung ja di meja dimana prempuan cantik seksi dan anak prempuan itu duduk. “Boleh join kan?” Tanpa menunggu jawabannya aku langsung meletakkan nampanku dimejanya dan duduk. “O, silahkan ja pak”.
“Cuma berdua saja”, pancingku membuka pembicaraan. “Kan ber 3 dengan bapak”, jawabnya, wah menangkisnya jago juga ni prempuan, pikirku. “Anaknya? Cantik kaya mamanya”. “Bukan pak, bukan anak saya”. “O, kirain anaknya, abis nyulik ya”, candaku. “Ih bapak bisa aja. Ini anak tetangga, tadi dititipkan ke rumah, katanya mo dijemput lagi siang ini di sini”. Dia menyuapi anak itu dengan nasi yang dicampur dengan sop, karena sopnya masi panas, ditiupnya sebentar sebelum disuapkan ke anak itu.
Si anak kelakuannya manis banget, gak cerewet maksudku. “Belum punya anak, ato belon nikah?” “Nikah si udah tapi belon dikasi tu ma yang diatas”. “Minta dong”. “Ya sih, minta tapi gak dilakuin”. Wah kliatannya mo curhat neh. “Maksudnya gak dilakuin”. “Ya suami aku gak ngelakuin ya mana mo dikasi ma yang diatas kan”. “Kok bisa”. “Suami kerja dikapal cargo, jadi seringnya diatas kapal katimbang dirumah”. “O jadi jablay toh, kasian”. “Orang sedih kok malah digoda”. “Ya udah, aku ja yang membelai gimana”.
“Genit ah”. Tengah pembicaraan mulai mencair, datanglah seorang prempuan, rupanya ini tetangganya, mo jemput anaknya. aku diem saja, dan dia juga tidak mengenalkan aku kepada tetangganya. Tetangga tau diri juga karena dia mengajak anaknya pergi setelah mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dia. “Namanya siapa sih”.
“Aku Sintia, bapak?” “aku menyebutkan namanku, jangan panggil bapak lah, formal amat”. “Abis mo dipanggil apa dong, mas aja deh ya. kan semua lelaki Indonesia dianggap jawa”. “Maksud kamu”. “Iya kadang dah jelas2 namanya Hutagalung dipanggil mas juga”. aku tertawa mendengar candanya. “Dah brapa lama nikah?” “ampir 2 tahun mas”.
“Wah jablaynya dah lama dong ya. Mangnya gak tau kerjaan suami sebelum nikah”. “Tau si, cuma gak nyangka ja akan kaya gini”. “Ya udah, aku temenin deh hari ini. Abis ini kamu mo kemana?” “Gak kemana2 mas, Mo jalan ja”. Aku menggandengnya meninggalkan tempat makan dan masuk ke toko yang meruapak anchor tenant di mall itu. Kami ngobrol ngalor ngidul ja sembari membunuh waktu. Dia membiarkan aku menggenggam tangannya erat. “Kamu kaya istriku ja ya, jalan gandengan”.
“Gak apa kan, katanya mas blon nikah?’ “Iya sih, kaya orang pacaran ya, padahal kamu istri orang”. “Biarin ja, orangnya juga ninggalin aku terus kok”. “Pegel nih jalan terus, kamu mo pulang gak?” “Gak ah mas, dirumah juga mo ngapain?” “ketempatku aja yuk”. “Mo ngapain ke tempat mas?’ “Ya ngobrol, santai ja, kan asik cuma ber 2″. “Iya deh”. Segera aku menggandengnya ke basement dan meluncurlah mobilku menuju kerumahku. Sesampai dirumahku,dia duduk didepan tv, tv kunyalakan dan aku mengambil minuman untuknya.
“Mas tinggal sendiri ya”. “Iya, mo nemenin?” “Mau si, cuman kan aku dah punya suami”. “Kalo suaminya pergi ya nemenin aku ja disini”. “Maunya”. Kebetulan di tv ada siaran ulang debat capres. “Kamu ngikuti debat ini?” tanyaku. “Sambil lalu ja mas, debat cawapres juga ngikuti sambil lalu”.
“Terus komentar kamu?” “Sayangnya Capres 3 gak berkolaborasi dengan cawapres 1, kalo gak kan setanding dengan calon ke 2 dan pilpresnya bisa 1 putaran kan”. “O gitu ya, pandangan kamu luas juga ya”. “Iya gak kaya mas, manangnya cuma disatu tempat ja”, katanya menyindirku, yang dari tadi hanya memandangi belahan toketnya yang montok. “Habis kamu seksi sekali si, kok bisa ya suami ninggalin istri yang bahenol kaya gini, pa gak takut istrinya dicolek orang laen”. Dia tersenyum manis. “Tadi kamu taen sekali nyuapin tu bocah, dah pantes jadi mami”. “Iya si, cuma ya itu problemnya”. “Iya jablay”.
Dia menanggapi obrolanku dengan santai juga, kadang tanganku mengelus pahanya. “udah gak tahan ya mas”, godanya sambil membiarkan tanganku mengelus2 pahanya. Rabaanku semakin lama membuatnya semakin napsu. Dia membuka pahanya agak lebar. Melihat dia mengangkangkan pahanya, tangganku bergerak ke atas ke selangkangannya. Jari2ku mulai mengelus belahan memekknya dari luar. “Mas”, katanya, “Aku udah basah mas”. “Udah napsu banget ya Sin, aku juga sudah napsu”. Rumahnya besar ya mas”. “Iya, dibalakng ada kolam renangnya, mo renang gak”. “Gak bawa baju renang mas”. “Tlanjang ja, repot amat si”. “Ih si mas, maunya tu”. “Kamu juga mau kan”.
Dihalaman belakang ada kolam renang kecil yang dinaungi oleh rimbunnya pepohonan yang ada. Tembok tinggi menghalangi pandangan orang luar yang mau mengintip ke dalam. Dia langsung saja melepas tanktopnya, kemudian celana ketatnya. Pakaian diletakkan di dipan yang ada dipinggir kolam. Dipan itu ada matras tipisnya dan dipayungi rimbunnya pohon. Aku melotot memandangi tubuhnya yang hanya berbalut daleman bikini. Karena CDnya mini, jembutnya yang lebat berhamburan dari bagian atas, kiri dan kanan CDnya. Segera dia mencebur ke kolam, sementara aku membuka kaos dan celananya, sehingga hanya memakai CD. kontolku yang besar, karena sudah ngaceng, tercetak jelas di CDku.
Kemudian aku pun nyebur ke kolam, menghampirinya dan memeluknya. Bibirnya kucium, lidah kami saling berbelit. Aku menarik ikatan branya sehingga terlepas, kemudian meremas2 toketnya sambil memlintir pentilnya. Segera pentilnya menjadi keras. “Toketmu kenceng ya Sin, pentilnya gede.”, kataku. Dia diam saja sambil menikmati remasanku .kontolku yang keras menekan perutnya. “Mas, ngacengnya sudah keras banget”, katanya. “Kita ke depan yuk”
Aku sudah tidak bisa menahan napsuku lagi. Segera dia keluar kolam membawa branya yang sudah dilepas. Dia telentang didipan, menunggu aku yang juga sudah keluar dari kolam. Aku berbaring disebelahnya, bibirnya kembali kucium dengan penuh napsu dan aku kembali meremas2 toketnya sambil memlintir2 pentilnya. “Isep dong Mas” pintanya sambil menyorongkan toketnya itu ke wajahku. Langsung toketnya kuisep dengan penuh napsu. pentilnya kujilatia.”Ohh.. Sstt..” erangnya keenakan. Aku mulai mengelus jembutnya yg nongol keluar dari CDnya, kemudian kususupkan jariku ke dalam CDnya. Jariku langsung menyentuh belahan bibir memekknya dan kugesek-gesekkan dari bawah ke atas. Gesekanku selalu berakhir di it ilnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. memekknya langsung berlendir, lendir juga membasahi seluruh bagian dinding dalam memekknya. “Oo.. Ooh! Uu.. Uuh!” desahnya sambil menekan tanganku yang satunya untuk terus meremas-remas toketnya. Dia sungguh sudah tidak tahan lagi,
“Mas, aku udah gak tahan nih”. Tali ikatan CDnya di kiri dan kanan pinggang kugigit dan kutarik dengan gigiku sehingga terlepas. Kedua kaki kukangkangkan sehingga tampak jelas bulu jembutnya yang lebat. Aku kembali meraba dan mengelus memekknya. Aku menyelipkan jariku ke belahan memekknya yang sudah basah dan menyentuh dinding dalam memekknya. “Mas..! Aduuh! aku sudah enggak tahan, udah pengen dimasukkin”, pintanya. Aku tidak langsung memenuhi permintaannya, malah jariku beralih menggosok-gosok it ilnya. “Aduuh! mas..nakal!” serunya.
Dia pun semakin tidak karuan, diremasnya kontolku yang sudah keras sekali dari luar CDku. Toketnya yang sudah keras sekali terus saja kuremas2, demikian juga pentilnya. “Ayo dong mas dimasukin, aku sudah benar-benar enggak kuu.. at!” rengeknya lagi. Kemudian kumasukkannya jariku ke dalam memekknya yang sudah basah kuyup. Dengan tanpa menemukan kesulitan jariku menyeruak masuk ke dalam memekknya. memekknya langsung kukorek2, dindingnya kugaruk-garuk. Benjolan seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang memekknya kumainkan dengan ujung jarinya hingga badannya tiba-tiba menggigil keras dan digoyang-goyangkannya pantatnya mengikuti permainan ujung jariku. Aku menelungkup diselangkangannya dan langsung mengulum bibir memekknya.
Cairan yang membasahi sekitar selangkangannya kujilati dan setelah bersih aku kembali mengulum bibir memekknya. Kemudian giliran it ilnya mendapat giliran kukulum dan kulumat dengan mulut. Jariku kembali menyeruak masuk ke dalam memekknya, dia benar-benar hampir pingsan. Tubuhnya kembali terguncang hebat, kakinya jadi lemas semua, otot-otot perutnya jadi kejang dan akhirnya dia nyampe, cairan memekknya yang banjir kutampung dengan mulut dan tanpa sedikit pun merasa jijik kutelan semuanya. Dia menghela napas panjang, aku masih dengan lahapnya melumat memekknya sampai akhirnya selangkangannya benar-benar bersih kembali. memekknya terus kuusap2, demikian juga it ilnya sehingga napsunya bangkit kembali. “Terus Mas.. Enak..” desahnya. “Ayo dong Mas.. aku udah gak tahan”. tetapi aku masih tetap saja menjilati dan menghisap it ilnya sambil meremas2 toket dan pentilnya.
Aku melepaskan CD, kontolku yang besar dan lumayan panjang sudah ngaceng keras sekali mengangguk2. Dia kunaiki dan segera mengarahkan kontolku ke memekknya. Perlahan kumasukkan kepala kontolku. “Enak Mas..” katanya dan sedikit demi sedikit aku meneroboskan kontolku ke memekknya yang sempit. memekknya terasa sesek karena kemasukan kontol besar, setelah kira-kira masuk separuh lebih kontol mulai kuenjot keluar masuk. “Terus Mas…
Kontolmu enak” erangnya keenakan. Aku terus mengenjot memekknya sambil pentilnya kuhisap. Belum berapa lama dienjot, aku mengajak tukar posisi. Sekarang dia yang diatas. Diarahkannya memekknya ke kontolku yang tegak menantang. Dengan liar dia kemudian mengenjot tubuhnya naik turun. toketnya yang montok bergoyang mengikuti enjotan badannya. Aku meremas toketnya dan menghisap pentilnya dengan rakus. “Mas.. kontolmu besar, keras banget..”, dia terus menggelinjang diatas tubuhku. “Enak Sin?’ tanyakua. “Enak Mas.. entotin aku terus Mas.”

Jablay muda Hot Ngentot

 Suatu siang aku iseng nyari makan siang di satu mal. Makan cepat saji yang paling gampang dicari adalah ayam goreng. aku pesan pahe ayam goreng plus kentang plus soft drink dingin. Selesai membayar, aku membawa nampanku mencari tempat duduk yang kosong. Mataku tertumbuk pada sesosok prempuan muda, cantik, seksi dengan tonjolan besar didadanya, tapi disebelahnya ada anak prempuan kecil, mungkin 3 tahunan lah. Dia memakai celana ketat dan tanktop yang juga ketat, toket besarnya ngintip dari belahan tank topnya yang rendah.
Walaupun banyak tempat duduk yang kosong aku nimbrung ja di meja dimana prempuan cantik seksi dan anak prempuan itu duduk. “Boleh join kan?” Tanpa menunggu jawabannya aku langsung meletakkan nampanku dimejanya dan duduk. “O, silahkan ja pak”.
“Cuma berdua saja”, pancingku membuka pembicaraan. “Kan ber 3 dengan bapak”, jawabnya, wah menangkisnya jago juga ni prempuan, pikirku. “Anaknya? Cantik kaya mamanya”. “Bukan pak, bukan anak saya”. “O, kirain anaknya, abis nyulik ya”, candaku. “Ih bapak bisa aja. Ini anak tetangga, tadi dititipkan ke rumah, katanya mo dijemput lagi siang ini di sini”. Dia menyuapi anak itu dengan nasi yang dicampur dengan sop, karena sopnya masi panas, ditiupnya sebentar sebelum disuapkan ke anak itu.
Si anak kelakuannya manis banget, gak cerewet maksudku. “Belum punya anak, ato belon nikah?” “Nikah si udah tapi belon dikasi tu ma yang diatas”. “Minta dong”. “Ya sih, minta tapi gak dilakuin”. Wah kliatannya mo curhat neh. “Maksudnya gak dilakuin”. “Ya suami aku gak ngelakuin ya mana mo dikasi ma yang diatas kan”. “Kok bisa”. “Suami kerja dikapal cargo, jadi seringnya diatas kapal katimbang dirumah”. “O jadi jablay toh, kasian”. “Orang sedih kok malah digoda”. “Ya udah, aku ja yang membelai gimana”.
“Genit ah”. Tengah pembicaraan mulai mencair, datanglah seorang prempuan, rupanya ini tetangganya, mo jemput anaknya. aku diem saja, dan dia juga tidak mengenalkan aku kepada tetangganya. Tetangga tau diri juga karena dia mengajak anaknya pergi setelah mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dia. “Namanya siapa sih”.
“Aku Sintia, bapak?” “aku menyebutkan namanku, jangan panggil bapak lah, formal amat”. “Abis mo dipanggil apa dong, mas aja deh ya. kan semua lelaki Indonesia dianggap jawa”. “Maksud kamu”. “Iya kadang dah jelas2 namanya Hutagalung dipanggil mas juga”. aku tertawa mendengar candanya. “Dah brapa lama nikah?” “ampir 2 tahun mas”.
“Wah jablaynya dah lama dong ya. Mangnya gak tau kerjaan suami sebelum nikah”. “Tau si, cuma gak nyangka ja akan kaya gini”. “Ya udah, aku temenin deh hari ini. Abis ini kamu mo kemana?” “Gak kemana2 mas, Mo jalan ja”. Aku menggandengnya meninggalkan tempat makan dan masuk ke toko yang meruapak anchor tenant di mall itu. Kami ngobrol ngalor ngidul ja sembari membunuh waktu. Dia membiarkan aku menggenggam tangannya erat. “Kamu kaya istriku ja ya, jalan gandengan”.
“Gak apa kan, katanya mas blon nikah?’ “Iya sih, kaya orang pacaran ya, padahal kamu istri orang”. “Biarin ja, orangnya juga ninggalin aku terus kok”. “Pegel nih jalan terus, kamu mo pulang gak?” “Gak ah mas, dirumah juga mo ngapain?” “ketempatku aja yuk”. “Mo ngapain ke tempat mas?’ “Ya ngobrol, santai ja, kan asik cuma ber 2″. “Iya deh”. Segera aku menggandengnya ke basement dan meluncurlah mobilku menuju kerumahku. Sesampai dirumahku,dia duduk didepan tv, tv kunyalakan dan aku mengambil minuman untuknya.
“Mas tinggal sendiri ya”. “Iya, mo nemenin?” “Mau si, cuman kan aku dah punya suami”. “Kalo suaminya pergi ya nemenin aku ja disini”. “Maunya”. Kebetulan di tv ada siaran ulang debat capres. “Kamu ngikuti debat ini?” tanyaku. “Sambil lalu ja mas, debat cawapres juga ngikuti sambil lalu”.
“Terus komentar kamu?” “Sayangnya Capres 3 gak berkolaborasi dengan cawapres 1, kalo gak kan setanding dengan calon ke 2 dan pilpresnya bisa 1 putaran kan”. “O gitu ya, pandangan kamu luas juga ya”. “Iya gak kaya mas, manangnya cuma disatu tempat ja”, katanya menyindirku, yang dari tadi hanya memandangi belahan toketnya yang montok. “Habis kamu seksi sekali si, kok bisa ya suami ninggalin istri yang bahenol kaya gini, pa gak takut istrinya dicolek orang laen”. Dia tersenyum manis. “Tadi kamu taen sekali nyuapin tu bocah, dah pantes jadi mami”. “Iya si, cuma ya itu problemnya”. “Iya jablay”.
Dia menanggapi obrolanku dengan santai juga, kadang tanganku mengelus pahanya. “udah gak tahan ya mas”, godanya sambil membiarkan tanganku mengelus2 pahanya. Rabaanku semakin lama membuatnya semakin napsu. Dia membuka pahanya agak lebar. Melihat dia mengangkangkan pahanya, tangganku bergerak ke atas ke selangkangannya. Jari2ku mulai mengelus belahan memekknya dari luar. “Mas”, katanya, “Aku udah basah mas”. “Udah napsu banget ya Sin, aku juga sudah napsu”. Rumahnya besar ya mas”. “Iya, dibalakng ada kolam renangnya, mo renang gak”. “Gak bawa baju renang mas”. “Tlanjang ja, repot amat si”. “Ih si mas, maunya tu”. “Kamu juga mau kan”.
Dihalaman belakang ada kolam renang kecil yang dinaungi oleh rimbunnya pepohonan yang ada. Tembok tinggi menghalangi pandangan orang luar yang mau mengintip ke dalam. Dia langsung saja melepas tanktopnya, kemudian celana ketatnya. Pakaian diletakkan di dipan yang ada dipinggir kolam. Dipan itu ada matras tipisnya dan dipayungi rimbunnya pohon. Aku melotot memandangi tubuhnya yang hanya berbalut daleman bikini. Karena CDnya mini, jembutnya yang lebat berhamburan dari bagian atas, kiri dan kanan CDnya. Segera dia mencebur ke kolam, sementara aku membuka kaos dan celananya, sehingga hanya memakai CD. kontolku yang besar, karena sudah ngaceng, tercetak jelas di CDku.
Kemudian aku pun nyebur ke kolam, menghampirinya dan memeluknya. Bibirnya kucium, lidah kami saling berbelit. Aku menarik ikatan branya sehingga terlepas, kemudian meremas2 toketnya sambil memlintir pentilnya. Segera pentilnya menjadi keras. “Toketmu kenceng ya Sin, pentilnya gede.”, kataku. Dia diam saja sambil menikmati remasanku .kontolku yang keras menekan perutnya. “Mas, ngacengnya sudah keras banget”, katanya. “Kita ke depan yuk”
Aku sudah tidak bisa menahan napsuku lagi. Segera dia keluar kolam membawa branya yang sudah dilepas. Dia telentang didipan, menunggu aku yang juga sudah keluar dari kolam. Aku berbaring disebelahnya, bibirnya kembali kucium dengan penuh napsu dan aku kembali meremas2 toketnya sambil memlintir2 pentilnya. “Isep dong Mas” pintanya sambil menyorongkan toketnya itu ke wajahku. Langsung toketnya kuisep dengan penuh napsu. pentilnya kujilatia.”Ohh.. Sstt..” erangnya keenakan. Aku mulai mengelus jembutnya yg nongol keluar dari CDnya, kemudian kususupkan jariku ke dalam CDnya. Jariku langsung menyentuh belahan bibir memekknya dan kugesek-gesekkan dari bawah ke atas. Gesekanku selalu berakhir di it ilnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. memekknya langsung berlendir, lendir juga membasahi seluruh bagian dinding dalam memekknya. “Oo.. Ooh! Uu.. Uuh!” desahnya sambil menekan tanganku yang satunya untuk terus meremas-remas toketnya. Dia sungguh sudah tidak tahan lagi,
“Mas, aku udah gak tahan nih”. Tali ikatan CDnya di kiri dan kanan pinggang kugigit dan kutarik dengan gigiku sehingga terlepas. Kedua kaki kukangkangkan sehingga tampak jelas bulu jembutnya yang lebat. Aku kembali meraba dan mengelus memekknya. Aku menyelipkan jariku ke belahan memekknya yang sudah basah dan menyentuh dinding dalam memekknya. “Mas..! Aduuh! aku sudah enggak tahan, udah pengen dimasukkin”, pintanya. Aku tidak langsung memenuhi permintaannya, malah jariku beralih menggosok-gosok it ilnya. “Aduuh! mas..nakal!” serunya.
Dia pun semakin tidak karuan, diremasnya kontolku yang sudah keras sekali dari luar CDku. Toketnya yang sudah keras sekali terus saja kuremas2, demikian juga pentilnya. “Ayo dong mas dimasukin, aku sudah benar-benar enggak kuu.. at!” rengeknya lagi. Kemudian kumasukkannya jariku ke dalam memekknya yang sudah basah kuyup. Dengan tanpa menemukan kesulitan jariku menyeruak masuk ke dalam memekknya. memekknya langsung kukorek2, dindingnya kugaruk-garuk. Benjolan seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang memekknya kumainkan dengan ujung jarinya hingga badannya tiba-tiba menggigil keras dan digoyang-goyangkannya pantatnya mengikuti permainan ujung jariku. Aku menelungkup diselangkangannya dan langsung mengulum bibir memekknya.
Cairan yang membasahi sekitar selangkangannya kujilati dan setelah bersih aku kembali mengulum bibir memekknya. Kemudian giliran it ilnya mendapat giliran kukulum dan kulumat dengan mulut. Jariku kembali menyeruak masuk ke dalam memekknya, dia benar-benar hampir pingsan. Tubuhnya kembali terguncang hebat, kakinya jadi lemas semua, otot-otot perutnya jadi kejang dan akhirnya dia nyampe, cairan memekknya yang banjir kutampung dengan mulut dan tanpa sedikit pun merasa jijik kutelan semuanya. Dia menghela napas panjang, aku masih dengan lahapnya melumat memekknya sampai akhirnya selangkangannya benar-benar bersih kembali. memekknya terus kuusap2, demikian juga it ilnya sehingga napsunya bangkit kembali. “Terus Mas.. Enak..” desahnya. “Ayo dong Mas.. aku udah gak tahan”. tetapi aku masih tetap saja menjilati dan menghisap it ilnya sambil meremas2 toket dan pentilnya.
Aku melepaskan CD, kontolku yang besar dan lumayan panjang sudah ngaceng keras sekali mengangguk2. Dia kunaiki dan segera mengarahkan kontolku ke memekknya. Perlahan kumasukkan kepala kontolku. “Enak Mas..” katanya dan sedikit demi sedikit aku meneroboskan kontolku ke memekknya yang sempit. memekknya terasa sesek karena kemasukan kontol besar, setelah kira-kira masuk separuh lebih kontol mulai kuenjot keluar masuk. “Terus Mas…
Kontolmu enak” erangnya keenakan. Aku terus mengenjot memekknya sambil pentilnya kuhisap. Belum berapa lama dienjot, aku mengajak tukar posisi. Sekarang dia yang diatas. Diarahkannya memekknya ke kontolku yang tegak menantang. Dengan liar dia kemudian mengenjot tubuhnya naik turun. toketnya yang montok bergoyang mengikuti enjotan badannya. Aku meremas toketnya dan menghisap pentilnya dengan rakus. “Mas.. kontolmu besar, keras banget..”, dia terus menggelinjang diatas tubuhku. “Enak Sin?’ tanyakua. “Enak Mas.. entotin aku terus Mas.”